Kehidupan di dunia ini selalu dekat dengan yang namanya pilihan, mulai dari kita bayi sampai sekarang kita masih hidup dan menjalani hari-hari seperti biasanya. Mungkin dari bayi sampai remaja, pilihan yang ada dalam hidup kalian masih ada faktor orang lain yang membuat 100% tidak murni pilihan kalian. Lalu apa hubungan nya dengan privilege people dan kita yang tinggal di Indonesia ini.
Kalau kalian dengar lagu Iwan Fals, kalian tahu liriknya yang berkata “yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin”. Atau melihat sekarang ini mungkin kalian pernah sesekali melihat orang yang mungkin anda tidak mengenalnya sama sekali dan tidak tahu latar belakangnya seperti apa dan tiba-tiba segalanya ia miliki. Mereka siapa sih? Kok bisa beli ini, beli itu, bisa jadi ini, bisa jadi itu? Kok gampang banget ya punya ini, punya itu? Dan semua pikiran bodoh yang terlintas di pikiran kalian.
Dan kalian sampai saat ini masih susah untuk mendapatkan segalanya, harus berjuang sekuat tenaga karena kalian tahu bahwa untuk menggapai sesuatu tersebut kalian harus bekerja keras. Sementara ada beberapa yang dengan tanpa sepengetahuan kalian dan kedipan mata bisa mendapatkan hal tersebut. Saya menulis ini bukan untuk menjelek-jelekan beberapa orang tersebut ataupun iri akan situasi yang mereka miliki. Hanya bentuk keresahan dan ingin speak up tentang kondisi ini agar yang tidak bisa dalam situasi seperti mereka tetap terus berjuang ataupun memang benar-benar tidak bisa seperti mereka, walau seberapa keraspun kalian berjuang. Karena memang ada gap yang memang susah untuk digapai.
Gap itu adalah menjadi istimewa atau being privilege people. Ya, tentunya kita atau setiap individu mempunyai cita-cita atau keinginan nya masing-masing. Ketika ada dua individu yang memang dari kecil memiliki tujuan untuk menjadi atasan di suatu perusahaan namun karena latar belakang yang berbeda. Yang satu datang dari keluarga biasa saja, diberi perlakuan layaknya anak-anak pada umumnya, tidak ada keistimewaan yang diberikan karena tidak berkecukupan.
Ketika ada ujian di sekolah mendapatkan nilai 75 dan reaksi orang tua nya pun sudah bangga. Sementara yang satu datang dari keluarga borjuis dan selalu mendapat perilaku istimewa, ketika ujian mendapat 75 maka reaksi orang tua nya pasti berbeda, mereka akan mencarikan guru les privat mungkin sampai anaknya benar-benar meningkat nilai ujian nya.Seiring dengan waktu, mereka berdua mendapat pekerjaan yang setara disuatu perusahaan. Disinilahbetapa pentingnya faktor privilege mulai timbul.
Mungkin awalnya memang dari kecil karena pilihan yang dijalani memang berbeda. Namun ketika beranjak dewasa maka si anak itu akan merasakan sekali perbedaan nya. Dan dengan latar belakang privilege nya anak ini berhasil mencapai apa yang menjadi keinginan nya ataupun keinginan orangtua nya tanpa orang-orang disekitarnya tahu tangga yang dilalui nya seperti apa, mereka hanya tahu anak ini pintar dan rajin lalu dengan cepatnya menjadi atasan. Sementara anak satu lagi berakhir hanya menjadi pegawai kantor pada umumnya.
Intinya adalah, bukan salah kalian ketika apa yang kalian inginkan tidak bisa kalian dapat, dan jangan sampai menyerah begitu saja. Mungkin mereka bisa karena yang tadi saya sudah bilang, mereka terlahir sudah menjadi orang istimewa atau biasa dikenal privilege people. Sebenernya saya pun menulis ini karena melihat tulisan orang di salah satu media sosial tentang privilege. Dan ada orang yang bilang, omongan orang privilege itu kosong, karena mereka tidak tahu seperti apa rasanya dibawah, kurang lebih seperti itu.
Saya menulis ini pun tidak ada maksud menjelekan siapapun yang merasa mereka privilege. Dan juga alasan-alasan yang saya berikan jauh dari faktor-faktor yang lainnya hanya berdasarkan latar belakang saja. Semoga kita selalu bekerja keras tanpa mengenal kata lelah dan menyerah tentang apapun yang kita inginkan, dan apabila kita gagal pun setidaknya kita gagal ditahap kita sudah mencoba. Semangat semua dan terima kasih yang sudah membaca tulisan ini.
Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Fisika UIN Bandung