(1)
Seorang Pengangguran yang Menikahi Sepi dan Kemudian Dihamili
Hanya ada suara sunyi
dan besitan luka di hati
jeritan tak memiliki uang
seorang pengangguran nekat
menikah dengan sepi
dan kemudian hamil
melahirkan kenestapaan
nestapa dibesarkan oleh luka
diasuh dengan nanah
dan disusui oleh darah
apa arti uang
bila hati mati
dan kemanusiaan hanyalah barang dagang
yang kini hilang di pasar para pemodal
lalu nestapa menikah dengan penderitaan
ia melahirkan anak-anak bernama duka dan lara
yang kemudian meninggal. Dikuburkan
di tempat pemakaman orang-orang yang tak berguna
Salah siapa?
pemerintah?
bukan … bukan
salah seseorang pengangguran
yang memilih menikah dengan sepi.
2021, di teras rumah.
(2)
Seni Menganggur
Bangun pagi pingin kopi
dan sebatang rokok
ritual macam para pekerja kantoran
setelah ayam berkokok
lari ke kamar mandi dan lalu menikmati kopi
hanya hamba uang yang rela melakukan itu
pengangguran tidak demikian
ia rela dicambuk oleh cacian
ia rela dihina oleh makian
karena menjadi budak itu tidak menyenangkan, “Aku ingin membuat lapangan pekerjaan”
pengangguran selalu bercinta dengan khayalan entah sampai kapan ia membual dan berpacaran dengan imajinasi
ingin melakukan perubahan apa daya untuk modal saja tak punya.
O, menganggur adalah seni
seni yang tak ada di sekolah
atau salah sekolah?
2021, di kamar mandi.
(3)
Mayat yang Mati, Memaki-Maki Manusia.
Tergeletak jasad
di ruang kamar tengah
tetangga berkerumun
membicarakan hal-hal tak terejawantah
lalu ruh keluar dari jasad itu
berlari-lari memaki manusia-manusia
yang hidup dengan tidak jelas arah
“ah mengapa kalian tidak mati saja, tak berguna”
“Aku kelaparan,
Kemudian gantung diri,
karena kalian tak peduli,
mana hati nurani?”
2021, di kamar tidur.
(4)
Pengangguran yang Putus Asa
Buntu seperti papan bacaan petunjuk jalan
imajinasi tak mau diajak berdiskusi lagi
ia memilih pergi dan masuk ke ruang lain
dijamah dirinya oleh setiap orang
mungkin ia kini memilih pergi
hanya ada seorangan pengangguran dan sepi
Kemudian, pengangguran dan sepi bercinta, dan mati, di tempat peristirahatan terakhir setelah seorang penggali kuburan bersusah payah sendiri, tak ada batu nisan dan papan kuburan, siapa yang mau mengenang orang tidak berguna.
(5)
Pak Tua dan Kabar Kematian di Mushola
Dingin shubuh menyelimuti
para tetua daerah dengan sumringah
bersujud khusyu menghadap rindu
pada bibirnya bermunajatkan taubat
membasahi lidah berharapan kifarat
sesudah jari telunjuk usai merungkuk
pak tua muadzin mushola mengabarkan berita duka : “innalillahi wa inna lillahi rojiun kemanusian telah mati”
saat matahari terik, tak lelah memberikan energi pada bumi, hanya ada syukur dan taat pada sang khalik rukuk dan sujud, sesuai salam dalam sholat. Lagi-lagi pak tua menyalakan microphone mushola dan mengabarkan berita kematian, “innalillahi wa inna lillahi rojiun kasih sayang telah mati”
menjelang sore, shaf masjid menjadi renggang darurat pandemi di era sekarang, tak menjadi halangan, lagi setelah dzikir sesudah sholat. Pak marbot tua itu, mengumumkan berita kesedihan, “inna lillahi wa inna lillahi rojiun, keikhlasan telah meninggal”
berita duka dan sirine peringatan
hati yang mati walaupun setiap hari mendengar inna lillahi notifikasi bela sungkawa, flayer turut berduka cita, dan manusia-manusia merasa berkuasa tetap merasa diri sempurna. Durga!
di kamar.
(6)
Orang Kaya Mati, Mewariskan Permusuhan
Terkabarkan orang kaya raya
ia memiliki rumah luas
anak yang banyak
dan jaya di masa hidupnya
tetapi anak-anaknya
hanya diwariskan cara bertahan hidup
kalbunya tak diajarkan merasa
yang penting kaya dan banyak uang
semua bisa di beli bahkan saudara sendiri
lalu ia mati, mewariskan permusuhan
anak-anaknya bermusuhan
hanya karena ingin harta peninggalan orangtua
Gajah mati meninggalkan gading,
orang kaya mati meninggalkan taring.
(7)
Pengangguran Itu Bunuh Diri Tadi Pagi
Siapa yang peduli kepada orang tak berguna
ia tidak punya harta tak bisa menjilat
ia tidak punya kedudukan apalagi kekuasaan
hanya seorang pengangguran lahan empuk untuk di caci maki dan tidak berguna sama sekali. tetapi tadi pagi, di mushola tempat orang bersujud dan rukuk kepada maha pencipta ada kabar mengerikan. seorang pengangguran gantung diri tadi pagi.
siapa yang peduli
ia pengangguran
mati bunuh diri itu hina
melanggar takdir Tuhan
tetapi kemanakah uluran tangan
jama’ah?
entah kemana. ah.
Penulis merupakan mahasiswa sejarah yang lahir di Bandung. Ia Mengikuti Komunitas Jaringan Anak Sastra (JAS) UIN Bandung.