Sun, 8 September 2024

Rigel

Reporter: Widi Dwi Haspiani | Redaktur: | Dibaca 393 kali

Thu, 22 December 2022
h
(Sumber Foto: Pinterest.com)

JURNALPOSMEDIA- Malam ini terasa berbeda, ia menyuguhkan hamparan permadani hitam dengan begitu banyak gemerlap kecil yang berhamburan bebas. Aku terus mengamati ribuan cahaya kecil dan berharap akan kutemukan bintang Rigel yang benar-benar aku cintai di sana. Mataku terus mangamati satu persatu rasi bintang yang tergambar sempurna, hingga kutemukan rasi bintang Orion dilangit arah selatan. Aku mencari tiga bintang sejajar yang merupakan bintang-bintang sabuk orion, lalu kutarik garis imaginer sekitar 90 derajat keatas dan ya, aku menemukan bintang Rigel disana, bintang raksasa indah berwarna kebiruan aku sangat mengaguminya.

Bintang Rigel, bukan tanpa alasan aku menyukai bintang itu. Nama bintang itu sama dengan nama seseorang yang kini mengisi hari-hariku dengan sentuhan warna. “RIGEL SETIAN” lelaki tampan dengan begitu banyak warna dalam hidupnya. Ia selalu berbagi kebahagiaan pada semua orang. Tingkahnya yang unik terus saja membuat lekungan sempurna diwajahku. Aku sangat menyukainya. Seketika aku teringat, suatu hari dia mengatakan bahwa dia ingin menjadi bagian dari kisah hidupku, dia ingin menjadi teman hidupku, berbagi kisah setiap hari, saling menguatkan untuk sama-sama berjalan beriringan, akupun menerimanya.

Ini kisah awal yang lucu, hari-hariku nanti mungkin akan bahagia bersamanya dan aku berharap kisahku kali ini tidak akan sama dengan kisah sebelumnya. Saat aku pernah menyukai bintang raksasa jingga yang bernama Aldebaran hingga dia memutuskan untuk menjadi supernova dan menghilang dari duniaku.

Pagi ini kuawali dengan semangat, pergi ke kampus untuk bisa melihat senyum indahnya. Mata hitam yang menyejukan, alis tebal yang tergambar sempurna. Aku melihatnya tengah tertawa lepas bersama ketiga temannya, begitu sangat Bahagia. Tunggu! Kenapa dia berhenti tertawa saat melihatku? Seketika itu aku berpikir mungkin dia akan menyuguhkan senyum manis untukku, tapi pikiranku tidak bisa bertahan lama saat ia ternyata memalingkan wajahnya dan pergi entah kemana, ada apa? Apa yang salah dariku?

Hari-hari berlalu begitu menyebalkan, kukira hanya hari itu saja dia akan bersikap seperti itu, ternyata semakin hari ia semakin menjauh. Aku terus mencari letak kesalahanku, aku terus saja mencari perhatian padanya. Kubawakan makanan, kuberikan pulpen dan begitu banyak cara aku lakukan hanya agar dia bisa menatapku. Tdak! dia tetap memalingkan wajahnya.

Pagi ini aku melihatnya tengah duduk sendiri, mungkin ini adalah kesempatan bagus untuk aku bertanya, aku memberanikan diri untuk menemuinya.

“Ada yang salah dariku?” Aku berusaha membuatnya menjawab

“Maaf, aku kira persahabatan kita tidak seharusnya sedekat ini, kita bisa menjadi teman biasa mulai sekarang, karena ada hati lain yang aku pilih dan harus aku jaga, perihal ucapanku tempo hari, biarlah berlalu, ” jelasnya, dengan wajah yang tidak berani menatapku.

” Kamu tetap jadi teman terbaik, Terima kasih untuk semuanya terus berjuang ya dalam hidupmu, persahabatan ini terlalu dekat dan itu tidak baik untuk mu Dwi.!! Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik, ” lanjutnya. Aku hanya terdiam, mencermati segala yang dia ucapkan.

Aku tidak berpikir bahwa semesta sengaja terus mengirim seseorang untuk menyakitiku. Namun, semesta mungkin hanya ingin menyadarkanku bahwa aku mampu membuat cahaya sendiri tanpa harus mengemis cahaya dari siapapun termasuk Rigel. Aku memahaminya, Rigel tidak salah jika ia menginginkan sebuah keindahan untuk membuatnya lebih bersinar, bukan sepertiku, mungkin seperti bintang vega, dibelahan langit utara, bintang yang begitu sangat cantik dan sangat terang pada rasi lyra, dia memang indah.

Karya: Widi Dwi Haspiani

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments