Tue, 12 August 2025

Ratusan Jurnalis Gugur di Gaza: Amanah Anas Al-Sharif untuk Dunia

Reporter: MEGA NURIATI | Redaktur: FATHIA KAPPARINI | Dibaca 125 kali

2 jam yang lalu
Sumber foto: Omar Al-Bustami/IG: 6omr7

JURNALPOSMEDIA.COM – Anas Al-Sharif, jurnalis Al Jazeera berusia 28 tahun, tewas bersama empat rekan media akibat serangan Israel di dekat Rumah Sakit al-Shifa, Gaza, Minggu (10/8/2025). Sebagaimana dilansir Tempo.co, ia dikenal sebagai wartawan garis depan yang terus melaporkan kondisi Gaza meski berkali-kali diancam. Israel menuduhnya sebagai anggota Hamas, tuduhan tersebut tentu dibantah keras oleh Al Jazeera  dan organisasi Hak Asasi Manusia (HAM).

Dikutip dari detik.com, dalam wasiat terakhir yang diunggah di X setelah ia wafat, Anas menulis: “Aku mempercayakan kepadamu Palestina… permata dunia Muslim dan detak jantung setiap orang merdeka… jangan biarkan kalian dibungkam.”

Amanah ini lahir dari hidup yang sepenuhnya diabdikan untuk melaporkan kebenaran. Meski mendapat ancaman berulang dari militer Israel, ia memilih bertahan di medan paling berbahaya. Dedikasinya menunjukkan bahwa bagi Anas, menyampaikan fakta adalah bagian dari mempertahankan Palestina.

Dilansir dari Metrotvnews.com, hingga 5 Agustus 2025, 186 jurnalis dan pekerja media tewas di Gaza menurut Committee to Protect Journalists (CPJ). Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat korban media sejak 7 Oktober 2023 mencapai 232 orang, dan bertambah menjadi 238 setelah serangan terbaru.

Sementara itu, Al Jazeera English  mencatat hampir 270 jurnalis dan pekerja media tewas sejak awal agresi Israel pada 7 Oktober 2023. Angka ini menegaskan adanya pola serangan sistematis terhadap pers di wilayah konflik.

Kematian Anas Al-Sharif dan ratusan jurnalis lainnya adalah simbol mahalnya harga kebenaran di Palestina. Wasiat Anas menjadi pengingat bahwa kebebasan pers bukan hanya urusan jurnalis, tetapi hak setiap manusia untuk mengetahui fakta.

Pola serangan sistematis terhadap jurnalis di Gaza menunjukkan bahwa kebebasan pers di sana berada di ambang kehancuran. Ketika rompi PRESS justru menjadi target, dunia harus sadar bahwa membungkam pers sama artinya dengan memadamkan kebenaran.

Tragedi ini bukan sekadar angka dalam laporan, melainkan ujian moral bagi kita semua. Pertanyaannya, apakah kita akan membiarkan suara mereka hilang begitu saja, atau melanjutkan amanah mereka untuk menjaga Palestina dan memastikan kebenaran tetap hidup?

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments