Matanya telah sayu
Pundaknya tak kokoh seperti dulu
Pikirannya seringkali berlalu
Yang ia pikirkan hanya putrinya slalu
Ucapannya hanya tentang
Si keras dengan 4000 bahasa
Lontarannya hanya tentang
Si keras fana dan baka
Hai pak tua
Sanding aku dengan seonggok kata
Hai pak tua
Fortunaku tak kunjung jua
Kenapa hanya diam saat ku bergumam?
Kenapa bisu saat ku memandang jasadmu?
Kenapa kaku saat ku menggores lukamu?
Ada apa dengan ragamu pak tua?
Ada apa dengan semayammu yang kumuh ini?
Buana ini menentangku
Hai pak tua
Tidakkah kau dengar putrimu ini bertanya?