JURNALPOSMEDIA.COM – Pendidikan merupakan salah satu pilar kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak masyarakat yang berkualitas pula seiring dengan tujuannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Namun di sisi lain, dalam suatu penelitian oleh Programme for International Students Assessment (PISA), pendidikan di Indonesia masih tertinggal selama 128 tahun. Itu artinya, masih banyak masalah dalam pendidikan di Indonesia. Sementara itu, di era ini perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) semakin penting.
Maka pengembangan mutu SDM ini dirasa perlu, salah satunya melalui pendidikan. Kualitas mutu suatu bangsa dapat ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuan masyarakatnya. Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan pola pendidikan di Indonesia untuk mencetak kualitas SDM yang bermutu pula.
Penelitian terbaru dari World Economic Forum (WEF), melakukan survei ke 9 industri di 15 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Terdapat beberapa poin penting yang menjadi gagasan tentang masa depan dunia. Poin penting tersebut adalah skills atau kemampuan yang dibutuhkan di masa depan.
Di antaranya adalah, complex problems solving (pemecahan masalah yang rumit), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity atau kreativitas. Beberapa skills tersebut tentu saja dibutuhkan di masa depan. Sebab seiring waktu, pekerjaan yang dulunya dikerjakan manusia mulai terganti oleh tenaga mesin.
Pergantian itu disebut juga dengan revolusi industri 5.0. Kehadiran revolusi industri 5.0 ini dapat menjadi sebuah ancaman namun bisa juga menjadi kesempatan bagi tenaga kerja saat ini. Apa dampak nyata dari revolusi industri? Yaitu perubahan besar yang menyebabkan jutaan pekerjaan lama hilang dan muncul pekerjaan baru.
Tentu saja Indonesia perlu mengubah pola pendidikan yang ada dengan beberapa masalah yang kompleks mengenai pendidikan. Tentu, tujuannya mencetak masyarakat yang berkualitas dan andal untuk menghadapi masa depan, yaitu revolusi industri 5.0.
Beberapa skills atau kemampuan yang dibutuhkan di masa depan seperti pemecahan masalah, pola berpikir kritis, dan kreativitas, tidak ada pada sistem pendidikan Indonesia. Melihat masalah yang ada di pendidikan Indonesia, seperti sistem pembelajaran sekolah yang mengacu pada nilai akhir dan hafalan.
Beberapa masalah yang tampak jelas terlihat pada pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan yang belum merata. Seperti infrastruktur yang timpang, dan rendahnya angka minat literasi di Indonesia. Selain itu, nilai kompetensi guru di Indonesia masih dibawah rata-rata.
Lebih lanjut, menurut data yang dilansir Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), siswa di Indonesia menduduki peringkat terendah pada skor nilai sains dan matematika mereka. Data tersebut mengartikan bahwa masih banyak masalah yang kompleks pada pada pendidikan di Indonesia.
Padahal, kualitas suatu bangsa dapat ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuan masyarakatnya. Di mana kecerdasan dan pengetahuan tersebut berasal dari pendidikan masyarakatnya. Pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan mutu seorang manusia.
Pendidikan merupakan kunci kemajuan masa depan. Pendidikan berfungsi meningkatkan kualitas hidup manusia, karena semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi tingkat kreativitasnya. Pertanyaannya adalah mengapa pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh? Bagaimana solusi konkritnya?
Jika dibandingkan dengan negara Singapura, Indonesia merupakan negara yang luas dan membentang dari Sabang sampai Merauke. Perbedaannya adalah Singapura memiliki rancangan yang visioner dalam pendidikan bangsanya. Sementara itu, luasnya wilayah Indonesia dapat berdampak pada perkembangan pendidikan yang tidak merata.
Sistem pendidikan di Singapura menyatukan beragam suku bangsa melalui pendidikan, menyelaraskan pendidikan dengan perkembangan industri, menyiapkan generasi yang siap untuk menghadapi era informasi, dan membentuk masyarakat yang kaya akan nilai.
Sementara itu, dapat dilihat jika koneksi internet di Indonesia belum universal. Masih ada beberapa daerah yang belum memiliki koneksi internet sehingga masyarakat Indonesia belum merata mendapatkan infomasi. Pengajaran dan penelitian yang diajarkan di bangku sekolah pun dinilai tidak relevan dengan kebutuhan sosial dan lapangan kerja.
Pemerataan pada akses masyarakat terhadap internet dan perpustakaan, sistem dan infrastruktur pendidikan yang berbeda, serta meningkatkan minat baca pada masyarakat Indonesia melalui pendidikan sangatlah penting. Selain itu, tenaga kerja guru juga harus memiliki kecakapan yang tinggi.
Anggaran pendidikan sebanyak 20% dari APBD yang dari tahun ke tahun menaik ini perlu diiringi adanya rancangan atau landasan blueprint (cetak biru). Di mana rancangan ini merupakan landasan dalam pembuatan kebijakan penetapan strategi dalam sistem pendidikan.
Blueprint ini berupa pembenahan pendidikan secara visioner pada pendidikan Indonesia. Beberapa poin masalah yang perlu dibenahi dan dicantumkan pada blueprint tersebut antara lain:
– Kemampuan non-akademis yang perlu ditingkatkan. Di mana kemampuan non-akademis ini akan mempengaruhi kreativitas murid.
– Ujian berbasis pilihan ganda yang melulu mengacu pada materi. Seharusnya, murid diajarkan mengapa mereka belajar, apa tujuan mereka belajar sains atau matematika, bukan metode belajar lalu menghapal materi. Namun memahami. Seperti lewat adanya ujian berbasis esai tanpa mengacu pada materi, murid dituntut untuk berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah yang kompleks.
– Unggulnya bimbingan belajar (bimbel) ketimbang pelajaran yang ada di sekolah juga menjadi bukti nyata bahwa pendidikan di bangku sekolah masih kurang kompeten. Performa guru-guru yang memiliki nilai uji kompetensi di bawah rata-rata seharusnya dibenahi lagi.
Anggaran untuk profesi guru seharusnya lebih ditengok oleh pemerintah beserta seleksi pengajar yang ketat pula. Guru harus memiliki kecakapan yang tinggi. Hal itu dikarenakan tenaga pengajar yang berkualitas tentu akan mencetak murid yang berkualitas pula.
– Untuk memeratakan infrastruktur pendidikan, korupsi di sektor pendidikan harus dihilangkan.
Melalui adanya blueprint atau rancangan visioner pada pendidikan yang baik dengan penerapan yang baik pula, fungsi pendidikan dapat tercapai dengan tujuan menyatukan beragam suku bangsa di Indonesia melalui pendidikan.
Kemudian, penyelarasan pendidikan dengan perkembangan juga dapat mencetak masyarakat yang kaya akan nilai dan skills. Seperti pemecahan masalah, pola berpikir kritis, dan kreativitas sebagai bekal menghadapi masa depan revolusi industri 5.0.
Karena dengan bekal pada pendidikan di Indonesia, pendidikan akan mencetak sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas. Pendidikan berfungsi untuk menyiapkan tenaga kerja yang mampu beradaptasi, berdaya saing, dan bertahan di tengah perubahan masa depan dunia.
Nyatanya, setiap revolusi industri memberikan dampak yang cukup mengguncang pada ekonomi, politik, dan budaya suatu bangsa. Walaupun revolusi industri sendiri memiliki banyak sisi negatif, namun perubahan tersebut akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik jika kita mampu dan siap menyiapkan peluru untuk menghadapinya.
Mengapa ketertinggalan harus dikejar? Seharusnya ketertinggalan diatasi, agar menjadi kemajuan? Jika dianalogikan, pendidikan adalah peluru. Pengetahuan umum dan skills kita adalah pistolnya. Pistol tanpa peluru tentu saja tidak bisa digunakan sebagai senjata, di mana pistol tersebut adalah bekal senjata untuk menghadapi revolusi industri 5.0.