Bunga padma mengetuk sore
dari atas telaga yang pasi.
Bersemu merah,
duduk di antara kabut dan lengking sunyi.
Dari ikan kecil yang berteduh pada kakinya,
Dari katak malang yang merebah pada bahunya,
Ia berhasil menjadi sebaris aforisme
dalam sebuah ode.
Bahasanya masih putih,
Ia melambaikan surga
kepada ranting yang ringkih.
Ketika jari-jari waktu mengusap malam;
Kelopak di tangannya mulai tanggal,
satu demi satu.
Ikan kecil pulang bermuram kusut,
Mata katak malang menjadi jeram,
Ranting ringkih membenci saat.
Dari tepi telaga, alam bersabda:
Menghadap ke arah esok fajar akan
diterbitkan oleh penulisnya;
Padma kecil akan lahir.
Lalu,
Mereka mengucap amin
pada semburat langit gemintang
dan malam yang menimpanya.