Sun, 24 November 2024

Pacu Semangat Siswa, SDN 050 Cibiru Adakan Belajar di Area Terbuka

Reporter: Sherly Putri Febrianti/Magang | Redaktur: Putri Restia Ariani | Dibaca 273 kali

Wed, 12 August 2020
belajar
Siswa-siswi kelas enam SDN 050 Cibiru antusias mengikuti kegiatan belajar luar jaringan (luring) di area terbuka, Batu Kuda, Manglayang, Kabupaten Bandung. Senin (10/8/2020). (Sherly Putri Febrianti/Magang)

JURNALPOSMEDIA.COM – Guna membangkitkan semangat siswa-siswi di tengah pembelajaran daring, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 050 Cibiru, Bandung adakan kegiatan belajar luring di area terbuka. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi seluruh siswa-siswi kelas enam dan berlokasi di Batu Kuda, Manglayang, Bandung. Senin (10/8/2020).

Kegiatan itu mendapat respons positif dari berbagai pihak. Salah satunya, dari siswi yang sangat antusias selama kegiatan berlangsung, Salwa. Ia mengaku lebih menyenangi kegiatan belajar secara luring dibandingkan daring. Terlebih, katanya, saat ia dapat bertemu secara langsung dengan teman-teman dan lebih memahami materi yang diberikan guru.

“Kebiasaan pembelajaran daring ini membuat siswa melupakan makna belajar itu sendiri. Terkesan jenuh sehingga menimbulkan rasa malas. Untuk menyiasatinya, saya menerapkan pembiasaan diri (anak) seakan-akan pergi ke sekolah, mandi agar segar, dan tetap mengenakan seragam sekolah,” tutur salah satu orangtua murid, Ety. Senin (10/8/2020).

Sebelum diadakan kegiatan luring tersebut, para orang tua murid seringkali menjumpai kendala. Baik dari sinyal internet yang tidak memadai dan sulitnya mengatur waktu antara menemani anak dalam proses pembelajaran dan bekerja. Pun, tak jarang ada materi pelajaran yang tidak dimengerti oleh orangtua.

“Misalkan ada orangtua yang memiliki dua orang anak. Jadwal keduanya bentrok dan membutuhkan telepon genggam agar bisa melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karenanya, kegiatan luring ini hadir sebagai solusi di kala pandemi seperti ini,” ujar salah satu orangtua murid, Wiwin.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim menyebutkan bahwa syarat utama belajar tatap muka adalah izin orang tua. Berangkat dari pernyataan tersebut, aspirasi para orangtua murid tentang ingin diadakannya kegiatan pembelajaran luring menjadi pertimbangan.

“Sebelum pada akhirnya keputusan pembelajaran luring diadakan, kami selaku tenaga pendidik harus memikirkannya secara matang. Oleh karena ini adalah permintaan dari sebagian besar orangtua siswa, kami selaku tenaga pendidik berusaha membuat kegiatan luring dengan syarat di area terbuka,” ungkap wali kelas enam SDN 050 Cibiru, Ida Maryani.

Salah satu guru kelas enam, Imas Rahmawati mengatakan, antusias murid yang hadir sangat tinggi. Diakui Imas, siswa-siswi fokus memerhatikan dan mencerna apa yang telah dijelaskan meskipun dengan bantuan alat peraga seadanya. Serta, mereka tidak sungkan untuk bertanya atau meminta penjelasan ulang, berbeda halnya saat pembelajaran daring.

Para guru kelas enam sepakat menggunakan metode kombinasi di mana siswa-siswi diwajibkan mempunyai dua buku dengan sampul berbeda. Materi pembelajaran dibagikan secara daring dan dikerjakan di buku tersebut. Buku itu akan dikumpulkan setiap satu minggu sekali dengan cara kolektif per wilayah oleh sukarelawan orangtua murid.

“Sistemnya itu ketika buku biru dikumpulkan maka anak-anak mengerjakan di buku silver. Jika buku silver dikumpulkan, maka anak-anak mengerjakan kembali di buku biru dengan keadaan sudah mendapatkan nilai,” tutur salah satu orangtua siswa, Kiki Sandra.

Adapun jika evaluasi kegiatan pembelajaran luring hasilnya menimbulkan dampak yang positif, maka tidak menutup kemungkinan kegiatan itu akan terus dilanjutkan, “Kami mempunyai program setidaknya sebulan sekali akan mengadakan kegiatan tatap muka, mungkin dengan sistem dan tempat yang berbeda. Tetapi tetap menunggu evaluasi dari semua belah pihak,” kata Ida.

Ada hikmah dibalik setiap peristiwa, selaku guru, Imas pun mengaku ikut mempelajari aspek teknologi. Menurutnya,itu adalah sebuah tuntutan baru sebagai tenaga pendidik. Baik dalam hal pembuatan absen dan soal ujian dalam jaringan, serta harus siap siaga di depan layar smart phone jikalau ada murid yang kurang mengerti.

“Untuk anak-anakku, semoga semangatnya tidak berkurang meski dalam situasi seperti ini, karena sebentar lagi anak-anak akan memasuki jenjang SMP. Tetap menjaga kesehatan dan pelihara akhlak yang baik. Saya yakin, meski teori yang disampaikan dalam hal pendidikan ini terbilang cukup, tetapi pelajaran mengenai akhlak yang baik akan cukup ketika dipraktikkan,” tutup Ida.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments