Sun, 24 November 2024

Nomofobia, Penyakit Milenial Ketika Jauh Dari Ponsel

Reporter: Retno Nur Hidayati | Redaktur: Rais Maulana Ihsan | Dibaca 571 kali

Sat, 2 May 2020
Nomofobia merupakan penyakit sosial yang mengkhawatirkan dimana penderintanya tidak bisa lepas dengan gawai atau ponselnya. (Sumber: kaskus.co.id)

JURNALPOSMEDIA.COM – Saat ini keberadaan gawai (gadget) telah menjadi tren baru yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak? semua yang kita butuhkan bisa didapat hanya melalui smartphone (ponsel pintar).

Teknologi tersebut membantu kita dalam mempermudah pekerjaan, mengatur jadwal, melihat berbagai informasi, hingga sekedar mencari hiburan. Mungkin beberapa alasan itulah yang membuat seseorang tak bisa lepas dari ponsel. Bahkan akan timbul keresahan jika benda itu tertinggal dirumah saat bepergian.

Bila timbul keresahan atau rasa takut berlebih disaat berjauhan dengan ponsel, bisa dipastikan itu adalah gejala Nomofobia (No Mobile Phone Phobia). Istilah tersebut pertama kali diungkapkan dalam sebuah studi di UK Post Office pada 2010. Hal tersebut terjadi akibat adanya hubungan tidak sehat antara manusia dengan perangkat selulernya.

Gejala Nomofobia

Perasaan panik berlebih ketika tidak mendapat sinyal, lupa menaruh ponsel, tidak membawa charger, apalagi kehilangannya. Sedangkan disaat itu harus segera mengecek notifikasi dan meresponnya, itu merupakan  salah satu gejala nomofobia secara umum.

Gejala awalnya, biasanya suka melakukan swafoto tanpa mengenal waktu, dan iseng menggunakan ponsel saat mengendarai mobil, motor bahkan menyebrang jalan. Penderita kerap kali sulit mengendalikan diri ketika sudah berada dekat dengan benda tersebut. Ia akan menghabiskan waktunya untuk perkara yang tidak penting dan tidak produktif.

Kemudian penderita umumnya memiliki lebih dari satu gawai yang selalu aktif 24 jam. Hal lain yang dapat dijumpai yaitu mereka akan membawa gawai sampai ke tempat tidur bahkan kamar mandi. Ia juga hampir setiap saat melihat notifikasi melalui layar ponsel dan selalu penasaran adakah panggilan atau pesan untuk dirinya.

Semakin parah lagi ketika mereka lebih menyukai berkomunikasi dengan gawai daripada tatap muka. Gejala lain yang memperlihatkan semakin parahnya tingkat keseriusan penyakit sosial tersebut yaitu cemas, gemetar, perubahan pola pernapasan, menggigil, berkeringat, agitasi bahkan hingga denyut jantung meningkat.

Cara mengatasi Nomofobia

Dilansir dari Business Insider, langkah pertama yang bisa dilakukan yaitu mengubah pengaturan notifikasi pada ponsel pintar. Ketika mendengar suara penanda notif yang masuk, mereka akan cenderung langsung melihat ponselnya. Karena itu, pilihlah pengaturan notifikasi pada aplikasi dianggap penting.

Kedua yaitu mengatur jarak dan penggunaan ponsel pintar. “Kenyamanan adalah pintu masuk utama dari kecanduan, semakin dekat jarak ponsel dengan anda maka semakin sering anda melihat ponsel tersebut,” tutur pendiri Center For Internet And Technology Addiction, Dr. David Greenfield, seperti dikutip dari Bussines Insider.

Kemudian penulis buku, Dr. Alex Soojung mengungkapkan perubahan kecil yang dilakukan sebenarnya bisa membantu mengurangi dan mencegah Nomophobia. “Tidak menempatkan ponsel di kantong dan memilih menempatkannya di tas dapat membantu mengalihkan perhatian yang tidak perlu dari ponsel pintar. Hal ini bisa mengurangi rasa gelisah akibat dari kecanduan ponsel,” kata Alex.

Dilansir dari Kompasiana, ada beberapa cara sederhana agar bisa sedikit mengurangi penggunaan ponsel, yakni membiarkannya lowbat (kurang daya) dan tidak perlu dicas. Luangkan waktu untuk hobi anda yang tidak menggunakan gawai. Seperti berolahraga, memasak, atau berfoto dengan kamera DSLR, hal itu akan membuatmu menjadi lebih produktif.

Mencoba satu hari tanpa ponsel juga merupakan cara yang efektif agar terhindar dari Nomofobia. Anda bisa meluangkan waktu dengan bercerita atau jalan-jalan bersama dengan teman dan keluarga, membuat waktu lebih produktif bersama mereka. Melakukan hal yang membuat lupa akan gawai adalah kunci agar terhindar dari penyakit sosial yang saat ini mulai banyak diderita kalangan milenial.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments