JURNALPOSMEDIA.COM – Dianugerahi kepercayaan dari orangtua adalah berkah tersendiri, terlebih untuk mengelola sebuah bisnis dengan modal yang cukup besar. Kepercayaan tersebut diemban Sahrul Ramadhan Harahap (17). Di usianya yang masih belia, ia diberi kesempatan untuk membuka usaha ayam petelur yang notabene jarang dilakoni pemuda seusianya.
Mulanya, Sahrul yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) itu berselancar internet untuk menambah wawasan terkait bisnis yang akan dijalaninya. Ia terpikir untuk berbisnis ayam petelur karena dirasa menjanjikan. Selain untuk menambah pengalamanannya, Sahrul juga ingin memiliki pendapatan sendiri untuk masa depannya nanti. Tentunya, tanpa terlalu memberatkan orangtua.
Dalam membuka usahanya, Sahrul dimodali sebesar Rp15 juta dari orangtuanya, “Bapak selalu mendukung apapun yang dilakukan anak-anaknya. Selagi tidak menganggu fokus (anak-anaknya) dalam meraih pendidikan silakan saja, dan harus ingat setiap tanggung jawab yang dijalani,” terang Sahrul sembari menerawang kembali pesan berharga dari ayahnya.
Meski usaha yang ia rintis terbilang belum lama, namun pendapatan yang diperolehnya dapat menyentuh angka Rp5 juta per bulan. Adapun ayam petelur yang ia miliki sebanyak 145 ekor. Dalam satu hari, telur yang dihasilkan mencapai 90 butir.
Biasanya, Sahrul menjualnya seharga Rp2.500,00 ke warung-warung yang sudah langganan memesan telur ayam miliknya. Tak jarang, tetangga sekitar juga langsung membeli ke kediaman Sahrul yang berlokasi di jalan HM Rasyid, Rantauprapat, Medan, Sumatera Utara.
Pendapatan Tidak Surut Meski Dilanda Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19, Sahrul tidak kehilangan pelanggan. Malah, semakin meningkat setiap harinya. Sahrul bahkan mengungkap masih banyak orang yang ingin membeli sementara stok telur ayam sudah habis. Si bungsu dari 4 bersaudara ini, juga mempromosikan telur ayamnya di sosial media Facebook. Ia membuka jasa siap antar langsung ke rumah pembeli, di tengah situasi pembatasan sosial ini.
“Untuk perawatan ayamnya sendiri, setiap pagi kandangnya disiram, dan ayamnya diberi makan 2 kali sehari berupa pakan ayam (pur) yang dicampur jagung giling. Selain itu, juga diberi jamu khusus untuk ayam petelur agar setiap hari dapat menghasilkan telur,” terang Sahrul sambil memberi pakan kepada ayam miliknya, Rabu (22/4/2020) lalu.
Kotoran ayam dikenal bisa diolah menjadi pupuk, namun Sahrul mengaku belum terpikir untuk mengolahnya lebih jauh walaupun banyak orang sudah menyarankan hal itu kepadanya. Hal tersebut bukan tanpa alasan, mengingat Sahrul memiliki tanggung jawab lain yang harus ia jalani seperti sekolah dan kegiatan organisasi.
“Proses pembersihan kotoran (ayam) dialirkan lewat saluran yang menuju ke parit. Sejauh ini, warga sekitar tidak mengeluhkan adanya bau dari kotoran ayam dan sebagainya, karena perawatan yang dilakukan juga terbilang sudah sangat bersih,” kata Ayah Sahrul, Amru Harahap (58).
Rutinitas Sahrul dimulai dari pukul 5 pagi untuk membersihkan kandang dan memberi makan ayam-ayamnya. Dikarenakan libur sekolah, rutinitas tersebut mulai dilakukan Sahrul pada pukul 7 pagi. Dalam seminggu, pakan ayam yang diperlukan sebanyak 50 kilogram dengan harga sekitar Rp350.000,00.
Selaku tetangga Sahrul, Elya (52) mengaku salut dengan bisnis yang dirintis Sahrul, “Ya masih muda sudah kepikiran saja untuk usaha begitu, orangnya telaten sekali dalam mengurus ayamnya. Selama ia merawat ayamnya, saya pribadi sebagai tetangga tidak merasa terganggu, mulai dari kotoran (ayamnya) pun tidak pernah tercium (bau) dari rumah saya,” tutupnya.