JURNALPOSMEDIA.COM – Belakangan ini santer terdengar istilah Indonesia sebagai negara fatherless atau “tanpa ayah”. Hal ini menimbulkan pertanyaan akan sebab munculnya istilah tersebut dan kaitannya dengan peran ayah dalam keluarga.
Fatherless merupakan kondisi ketika seorang anak merasa tidak memiliki atau merasakan adanya “sosok ayah”. Secara fisik sang ayah mungkin ada, tetapi secara psikologis ia tidak memberikan peran ayah sebagaimana yang harus dilakukan kepada sang anak. Kurangnya waktu dan perhatian yang cukup kepada sang anak juga dapat membuat anak merasakan fatherless.
Dikutip dari uns.ac.id, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara dengan anak-anak “tanpa ayah” atau fatherless country terbanyak per Maret 2021 lalu.
Meskipun belum ada penelitian yang mengklaim hal tersebut, namun, isu fatherless ini mengajak masyarakat untuk mempertanyakan kembali peran ayah dalam keluarga, khususnya dalam tumbuh kembamg anak.
Psikolog asal Amerika, Edward Elmer Smith, mengatakan bahwa fatherless country adalah negara yang masyarakatnya kecenderungan tidak merasakan keberadaan atau keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Faktor penyebab fenomena fatherless adalah karena ekonomi, sosial, dan budaya.
Ketika laki-laki menjadi peran ayah dan suami, mereka memiliki peran untuk mencari nafkah dan tak jarang berpikir tidak memiliki waktu cukup untuk mengurus anak di rumah. Padahal, peran ayah sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak terutama pada masa pertumbuhan.
Budaya patriarki juga menjadi salah satu faktor terbesar adanya fenomena fatherless. Budaya ini meyakini bahwa laki-laki hanya bertanggung jawab pada urusan nafkah, sedangkan untuk urusan domestik dan mengurus anak adalah tanggung jawab perempuan.
Belum lagi soal angka perceraian yang tinggi. Perceraian ini dapat berdampak pada anak yang kehilangan sosok orang tuanya. Menurut laporan Badan Statistik Indonesia tahun 2022, kasus perceraian meningkat dari tahun sebelumnya yakni mencapai 516.344 kasus. Sedangkan pada tahun 2023 ada 463.654 angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 10,2% dibanding tahun 2022.
Dampak fatherless bagi Anak
Anak yang merasakan fatherless akan mengalami dampaknya hingga ia dewasa, terutama secara psikologis. Berikut adalah dampaknya pada anak:
1. Rendahnya penghargaan atas diri sendiri atau self–esteem
2. Merasa takut, cemas, dan tidak bahagia.
3. Merasa tidak aman secara fisik dan emosional.
4. Masalah perilaku hingga gangguan kejiwaan.
Peran Ayah pada Anak
Selain itu, peran penting ayah dalam keluarga selain bekerja adalah ikut andil dalam mengasuh anak. Berikut peran penting ayah dalam mendampingi perkembangan anak:
1. Mengajarkan anak untuk memecahkan masalah dengan solusi yang tepat.
2. Mengajarkan tanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan keluarga
3. Mengajarkan moral dan tata krama agar anak dapat bertindak lebih bijak.
4. Mengajarkan nilai-nilai penting dalam hidup sebagai bekal anak di masa depan.
Meskipun belum didukung publikasi ilmiah aktual, isu fatherless menjadi perhatian penting bagi tumbuh kembang anak-anak dan momen refleksi perbaikan hubungan antara ayah dan anak di Indonesia.