JURNALPOSMEDIA.COM – Diskusi buku Ketika Senja Jatuh di Nara yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok menghadirkan penulis Zaky Yamani pada Jumat, (12/9/2025). Acara ini menyoroti relevansi karya Zaky mengenai kondisi masyarakat di wilayah Timur Nusantara yang disebut masih banyak mengalami eksploitasi.
Zaky menjelaskan bahwa novel yang ia tulis selama lima tahun berupaya merepresentasikan persoalan masyarakat di wilayah timur, khususnya terkait eksploitasi sumber daya alam dan tekanan sosial.
“Saya berharap buku ini bisa cukup memantik perhatian agar orang di wilayah lain melihat ke Timur,” ujarnya saat diwawancarai Jurnalposmedia pada Jumat, (12/9/2025).
Ia menambahkan, anak muda terutama mahasiswa dan pelajar, menjadi pihak yang paling penting untuk terlibat dalam diskusi literasi seperti ini. Menurutnya, generasi muda harus lebih peka terhadap isu-isu yang menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat dan lingkungan.
“Buku ini bisa jadi referensi untuk diskusi di lingkaran mereka,” katanya.
Salah satu peserta diskusi ini, Reita Ariyanti, menilai jika diskusi literasi tidak seharusnya hanya menjadi ruang antara penulis dan komunitas, melainkan juga melibatkan pemerintah. Karena itu, menurutnya pemerintah tidak cukup hanya menjadi penyelenggara acara, melainkan juga harus aktif membaca dan memahami isi buku agar kebijakan yang dibuat selaras dengan kebutuhan masyarakat.
“Buku itu bukan sekedar mencerdaskan pikiran, tapi juga hati. Jadi penting kalau pemerintah benar-benar terlibat,” ujarnya saat diwawancarai Jurnalposmedia.
Reita menambahkan bahwa kegiatan membaca pada awalnya mungkin dianggap hobi, tetapi pada akhirnya akan berkembang menjadi kebutuhan, terutama ketika seseorang berhadapan dengan proses belajar atau ingin memahami kehidupan di luar lingkungannya sendiri. Namun, rendahnya daya beli masyarakat membuat buku ini sering dianggap barang mewah.
“Padahal sebenarnya banyak orang yang ingin membaca, hanya aksesnya yang terbatas,” katanya.
Baik Zaky maupun Reita sepakat bahwa forum publik seperti diskusi buku bukan sekadar ajang kumpul, tetapi bisa membuka ruang kesadaran baru. Zaky menekankan keberhasilan acara bukan diukur dari jumlah peserta, melainkan dari sejauh mana masyarakat tergerak untuk peduli. Sedangkan Reita berharap diskusi dapat menjadi pintu masuk untuk memperluas budaya baca, dengan dukungan akses buku yang lebih murah dan mudah dijangkau
















