JURNALPOSMEDIA.COM – Aksi Kamisan kembali digelar pada Kamis (26/9/2024) di Tugu Kujang UIN Bandung. Kali ini, acara dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian acara Sua Suar Suara 2024.
Dengan tema “September Hitam,” aksi kali ini menggugah perhatian masyarakat kampus dan publik mengenai berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi, khususnya pada bulan September.
Selain itu, aksi ini juga menjadi simbol perlawanan damai terhadap ketidakadilan yang terus merongrong negeri ini.
Chief acara Sua Suar Suara 2024, Ijlal Putra menjelaskan, tema “September Hitam” dipilih untuk mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa kelam yang bersinggungan dengan HAM.
“Aksi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kejadian tidak mengenakan terkait dengan kemanusiaan dan hak-haknya, terutama pada bulan September,” ucap Ijlal saat diwawancarai Jurnalposmedia, Kamis (26/9/2024).
Dalam aksi ini, para peserta menyuarakan tuntutan yang konsisten, yaitu menuntut keadilan bagi para korban dan keluarga yang hak-haknya dirampas. Berbagai kelompok dan kolektif dari UIN Bandung turut serta, menunjukkan solidaritas mereka.
“Masyarakat kampus UIN Bandung dari berbagai macam elemen, kelompok, dan kolektif sangat berperan penting dalam setiap aksi yang digelar setiap hari Kamis ini,” tambahnya.
Selain itu, elemen seni seperti musik dan musikalisasi puisi turut menjadi bagian penting dari aksi ini. Ijlal menjelaskan bahwa kesenian digunakan sebagai media perlawanan yang damai, menegaskan pesan bahwa perlawanan tidak selalu harus keras, namun bisa disampaikan melalui ekspresi artistik.
Aksi Kamisan di UIN Bandung ini menjadi bagian dari gerakan yang lebih luas di seluruh Indonesia. Ijlal mengatakan, semoga aksi-aksi seperti ini akan terus ada sepanjang masa.
“Dengan adanya aksi ini, diharapkan rakyat mampu untuk terus saling menjaga, merawat, dan melawan segala bentuk pelanggaran HAM,” katanya.
Salah satu peserta aksi, Galuh Intan Nadya mengungkapkan motivasinya bergabung dalam Aksi Kamisan ini.
“Aku tidak ingin berdiam diri, at least bisa turut bersuara dan menumpahkan apa yang menjadi keresahan kita sebagai manusia, pun khususnya sebagai mahasiswa di ranah kampus,” ujarnya.
Bagi Galuh, Aksi Kamisan menjadi ruang untuk terus mengingat dan memperjuangkan keadilan yang hingga kini belum terwujud. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam memperjuangkan isu HAM, karena masa depan ada di tangan mereka.
Dalam wawancara, Galuh juga menyebutkan isu kekerasan seksual sebagai salah satu isu HAM yang paling membuatnya tergerak.
“Karena saya sendiri seorang perempuan, jadi saya sangat-sangat bisa merasakan ketakutan, ketidaknyamanan, merasa ketidakamanan ketika sedang di ruang publik,” ucapnya.
Aksi Kamisan SGD yang berkolaborasi dengan Sua Suar Suara 2024 ini tak hanya menjadi wadah bagi masyarakat kampus untuk menyuarakan tuntutan mereka, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya merawat ingatan dan terus memperjuangkan keadilan bagi semua.