Fri, 31 October 2025

Waroeng Carlotta: Sepiring Pedas, Seribu Cerita dari Gorontalo di Tanah Rantau

Reporter: Rizka Aulia Fitriliani/Magang | Redaktur: KHOIRUNNISA FEBRIANI SOFWAN | Dibaca 417 kali

Tue, 27 May 2025
(Sumber foto:Rizka Aulia Fitriliani/Magang)

JURNALPOSMEDIA.COM – Aroma pedas yang menggoda dari ‘Waroeng Carlotta’ yang terletak di Jl. Titiran No. 4, kawasan Gasibu, Bandung. Makanan andalannya seperti nasi kuning dengan taburan laksa ikan dan pisang goreng dengan sambal pedas seolah mengantarkan para pengunjung ke tanah Gorontalo.

Sang pemilik warung, Rizal atau yang akrab dipanggil Unyel, memiliki filosofi tersendiri atas rasa pedas khas Gorontalo yang ia hadirkan. Baginya, makanan adalah cara untuk memperkenalkan budaya kampung halaman, bukan hanya sekadar berjualan.

”Makanan khas Gorontalo tuh pedes , itu ada filososfi biar orang yang merantau di Bandung tuh khususnya orang-orang timur tuh nggak akan pernah lupa akan pedihnya kehidupan,” ujar Rizal ketika diwawancarai pada hari sabtu (24/5/2025).

Sejak berdiri pada tahun 2016, Waroeng Carlotta menjadi tempat favorit, terutama bagi mahasiswa dan warga  daerah timur  yang merantau di Bandung. Menu best seller di sini adalah Nasi Kuning Laksa Ikan dan Pisang Goreng Sambal Pedas masing-masing seharga Rp20.000. Selain lezat, cita rasa pedas menjadi daya pikat yang utama.

Rizal pun mengaku, awalnya strategi yang ia lakukan untuk mempromosikan warung kuliner miliknya lebih menyasar orang timur tetapi seiring berjalannya waktu masyarakat lokal Bandung pun mengatahui keberadaan warung miliknya.

”Kalo saya kan targetnya khusus orang-orang timur ya bukan ke orang-orang sini jadi biasanya kita dari mulut ke mulut sih, sampai sekarang lumayan dikenal,” jelasnya.

Rizal menambahkan, ada satu hal penting yang ingin ia dorong dari warung miliknya yaitu pertukaran budaya. Ia berharap, Waroeng Carlotta dapat menjadi ruang lintas budaya antara Bandung dan Gorontalo.

”Terus saya tuh lebih untuk ke pertukaran budaya jadi saya sendirikan yang jualan disini, jadi orang Bandung juga kalo di saat saya balik ke Gorontalo ada budaya bandung yang kebawa dan sebaliknya, jadi dari kita juga memperkanalkan di Bandung tuh kayak gini,” ujarnya.

Bagi para pengunjung, Waroeng Carlotta bukan hanya sekedar tempat untuk makan. Salah satu mahasiswa yang juga berasal dari Gorontalo, Dwi Adi menuturkan, tempat ini punya nilai emosional tersendiri.

”Karena merantau  kami masih suka kangen gitu sama masakan masakan khas yang ada di Gorontalo jadi dengan itu kita mendatangi atau memutuskan untuk makan di rumah makan khas Gorontalo ini,” jelasnya.

Dwi Adi pun berharap agar kuliner khas Gorontalo bisa dikenal lebih luas, terus bertahan dan semakin dikenal baik di dalam negeri maupun luar negri, karena baginya makanan bukan hanya  sekedar rasa tapi juga identitas yang harus dilestarikan agar eksistensinya tetap ada.

“Mungkin bagimana  eksistensi itu tetap ada, di sini yang berperan penting itu generasi muda harus mendorong agar tertarik mempelajari dan mengembangkan kuliner khas daerah,” tutupnya.

Di tengah arus modernisasi yang kerap kali mengikis budaya lokal, Waroeng Carlota berdiri sebagai penjaga rasa dan identitas. Lewat tangan Rizal, makanan menjadi jembatan antara kampung halaman dan tanah rantau menunjukan bahwa melestarikan budayanya tak harus lewat panggung besar, cukup dengan sepiring masakan yang disajikan dengan sepenuh hati.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments