JURNALPOSMEDIA.COM – Restu Dwi Cahyo, pria kelahiran Bandung pada 24 April 2000, adalah sosok inspiratif di balik berdirinya komunitas Bandung Coders (Bacod).
Bermula dari latar belakang hidup yang penuh tantangan, ia berhasil menciptakan ruang edukasi dan kolaborasi bagi anak muda di Bandung. Dalam wawancaranya, Restu berbagi kisah hidup yang menyentuh, dari masa kecil yang sulit hingga tekadnya untuk mengubah hidup banyak orang.
Bermula dari Warnet
Kecintaan Restu pada dunia teknologi dimulai sejak kecil. “Karena dulu ‘kan aku tinggal di rumah itu berdua sama ibu doang ya. Dan ibu itu sibuk sama kerja karena ya nyari uang jadi di rumah sendirian karena di rumah sendirian aku mainnya ke warnet,” katanya. Namun, minatnya bukan pada permainan seperti anak-anak lainnya. “Kalau orang-orang mungkin tertariknya sama main game, kalau aku justru penasaran sama gimana cara bikin game-nya,” ujar Restu.
Setelah lulus dari SMK Sumatera 40 jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) pada 2018, ia terus mengembangkan kemampuannya secara otodidak. “Aku belajar banyak, upskilling sendiri gitu. Memang, sebenarnya memang suka belajar dari dulu,” katanya, mencerminkan kegigihannya.
Lahirnya Bandung Coders
Bandung Coders berawal dari ide sederhana, mengajak teman-temannya belajar coding sambil nongkrong. “Awalnya berempat sama temen. Yuk belajar bareng yuk ngoding-ngoding gitu, nongkrong-nongkrong biasa aja,” kenang Restu. Pemilihan nama “Bacod” pun bukan tanpa alasan. “Memang terdengar kasar, tapi orang nggak akan lupa sama namanya,” tambahnya.
Kini, komunitas yang ia bangun telah memiliki sekitar 110 anggota, dengan proses seleksi yang ketat. “Tahun kemarin itu ada yang pengen masuk sekitar 200 orang, tapi yang diterima cuma 20 orang,” ungkapnya.
Perjalanan Penuh Tantangan
Membangun komunitas tentu tidak mudah. Salah satu kendala terbesar adalah menjaga komitmen tim. “Dulu, mau bikin event tuh susah banget. Yang satu nggak bisa, yang satu nggak bisa. Makanya kita kayak open member deh,” katanya. Namun, dari berbagai kesulitan itu, Bacod justru semakin solid. “Setiap kita ngadain acara, udah kayak keluarga banget. Sampai nge-villa bareng, tidur bareng-bareng, bakar-bakar,” ceritanya penuh semangat.
Menggapai Prestasi Tanpa Sponsor
Salah satu keberhasilan Bacod adalah program BOBA (Bootcamp Bandung Coders). “Ini udah Boba Season 3, dan setiap Boba itu ada hadiah tanpa sponsor. Itu luar biasa sih,” ujar Restu. Program ini menjadi salah satu daya tarik utama komunitas ini, meskipun anggota Bacod dari berbagai latar belakang yang tidak hanya fokus pada teknologi. “Anggotanya bahkan ada yang koki, ada yang bisnis, ada yang desainer. Jadi benar-benar beragam,” tambahnya.
Latar Belakang yang Menguatkan
Restu mengakui bahwa pengalaman hidupnya yang kelam menjadi motivasi utama untuk menjadi pribadi yang lebih baik. “Karena background aku ini kelam, dengan ibu dibunuh dan sebagainya, aku ngerasa keren kalau bisa jadi sesuatu hal yang hebat dari background yang kayak gini,” tuturnya. Restu juga mengungkapkan bahwa dulu ia sempat sombong dengan ilmu yang dimilikinya. “Aku sombong banget dulu, nggak mau share ilmu. Ternyata kesombongan itu bikin aku jadi sendirian,” katanya dengan nada reflektif.
Pesan bagi Anak Muda
Restu percaya bahwa pertemanan adalah salah satu kunci sukses. “Cari teman, teman yang positif ya tentunya. Ngoding itu nggak bisa sendiri,” katanya. Ia juga mendorong anak muda untuk terus belajar dan mengejar impian tanpa ragu. “Dengan aku yang nggak kuliah, dengan orang tua yang kejadian kayak gitu, itu yang bikin aku pengen ngebuktiin bahwa bisa loh gitu. Apalagi kalian yang masalahnya ecek-ecek tuh kayak, masa sih gitu, nggak bisa,” tambahnya.
Kisah Restu Dwi Cahyo adalah bukti nyata bahwa latar belakang kelam bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan. Dengan semangat belajar dan kolaborasi, ia berhasil menginspirasi banyak orang melalui Bandung Coders. Dari tongkrongan kecil hingga komunitas besar, Restu membuktikan bahwa mimpi dapat terwujud dengan usaha dan keyakinan.