JURNALPOSMEDIA.COM — Suasana meriah terpancar di area Cihampelas Walk (Ciwalk), Bandung, dalam penyelenggaraan “Sriwijaya Festival 2024.” Acara ini diadakan pada 8-9 November 2024 dan dihadiri oleh ratusan warga Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) yang kini berdomisili di Jawa Barat.
Selain sebagai ajang silaturahmi, festival ini juga menjadi wadah mempromosikan seni, budaya, dan kuliner khas dari wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung.
Ketua Panitia Pelaksana, Drs. Asmara Hadi menjelaskan, festival ini diselenggarakan dalam rangka memperingati
“Jadi, festival ini untuk memperingati ulang tahun ke-56 TP Sriwijaya, yang dulu dikenal sebagai organisasi perjuangan Tentara Pelajar,” ujarnya saat diwawancarai Jurnalposmedia, Sabtu (9/11/2024).
Acara ini didukung oleh berbagai Ikatan Keluarga (IK) dari tiap provinsi di Sumbagsel serta organisasi daerah yang berfokus pada pengembangan budaya dan pariwisata.
“Harapannya, acara ini dapat mempererat silaturahmi dan memajukan Usaha Kecil Menengah (UKM) dari Sumbagsel,” ungkap Asmara Hadi.
Ia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah kecil menuju pembangunan bersama bagi warga Sumbagsel di perantauan dan turut mewujudkan visi Indonesia Maju 2045.
Lebih lanjut, acara ini turut dihadiri beberapa tokoh inspiratif, seperti ibu Dewi Motik dan Chef Yogi, finalis Master Chef Season 8, yang ikut menyemarakkan festival. Kehadiran mereka menjadi motivasi tersendiri bagi para pelaku usaha muda yang ingin mengembangkan usahanya.
Sriwijaya Festival 2024 menyajikan berbagai kegiatan menarik seperti bazar kuliner, pameran produk seni budaya, pagelaran seni, serta beberapa lomba kreatif, termasuk fashion show budaya dan cooking competition.
Bagi panitia penyelenggara, mengadakan acara sebesar Sriwijaya Festival ini tentu bukan tanpa tantangan. Asmara Hadi mengungkapkan suka duka yang dialami dalam mempersiapkan festival ini. Salah satu tantangan terbesarnya adalah menyatukan warga dari berbagai latar belakang, meskipun berasal dari wilayah yang sama.
“Sebetulnya gampang-gampang susah menyatukan orang-orang yang satu daerah itu,” ujarnya.
Berpengalaman lebih dari 34 tahun di lingkungan birokrasi, Asmara Hadi menekankan bahwa mengoordinasikan kegiatan yang melibatkan banyak orang dari latar belakang serupa ternyata memiliki kesulitan tersendiri.
“Saya paling susah mimpin tuh menyatukan orang-orang kita satu daerah ini,” tambahnya.
Namun, ada juga sisi positif yang dirasakan oleh Asmara Hadi dan panitia lainnya. Ia mengungkapkan bahwa kemiripan budaya membuat proses pengelolaan acara lebih mudah, terutama karena mereka sudah memahami selera dan keinginan peserta yang satu budaya.
“Secara psikologis kita gampang buat me-manage acara, soalnya sama orang-orang nggak ada culture shock, karena memang satu budaya,” katanya.
Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi panitia dalam menciptakan suasana yang akrab dan nyaman bagi seluruh pengunjung festival.
Pemilik stand Pempek Putra Rama, Hanna (37), antusias memperkenalkan produk khas Palembang di festival ini. Ia juga menambahkan bahwa festival ini menjadi kesempatan baginya untuk memperkenalkan produknya lebih luas.
“Di bazar ini, saya menjual pempek kapal selam, lenggang, dan tekwan. Senang melihat antusiasme pengunjung yang tidak hanya ramai, tetapi juga ramah dan royal,” ujar Hanna.
Acara ini juga menjadi ajang bertemunya komunitas-komunitas Sumbagsel, termasuk generasi muda yang datang dengan penuh semangat. Salah seorang pengunjung, Nawrah (19), mengatakan tujuannya dalam mengikuti acara ini.
“Ke sini tuh sekalian main sama teman-teman satu komunitas Palembang, apalagi banyak stand-stand jajanan juga, Ya sekalian jalan-jalan juga sama silaturahmi ke sesama wong kito,” ujarnya.
Dengan mengusung tema “Meningkatkan Silaturahmi Persatuan Kesatuan Warga Sumatera Selatan di Jawa Barat Menuju Indonesia Maju dan Sumatera bagian Selatan Maju 2045,” Sriwijaya Festival 2024 menjadi momentum penting untuk mempererat ikatan persaudaraan warga Sumbagsel di Jawa Barat.