JURNALPOSMEDIA.COM – Di tengah desiran angin perubahan, sebuah seminar bertema “Prinsip Akuntabilitas sebagai Dasar Anti Korupsi” berdikusi untuk menantang gelapnya bayang-bayang korupsi. Dalam balutan cahaya senja, siap mengarungi lautan ide dan menelusuri jejak-jejak akuntabilitas yang akan membebaskan kita dari belenggu korupsi dengan wadah acara KinemAksi.
Sang pemateri ahli pakar hukum, Bivitri Susanti adalah bintang sore hari ini. Dengan suara yang tegas dan lantang, ia membimbing kita melalui lorong-lorong pemikiran, serta mengajak merenungkan arti dari akuntabilitas. Dalam setiap kata yang ia ucapkan, tersimpan harapan untuk masa depan yang lebih cerah.
Bivitri Susanti, membuka sesi dengan suara tegas dan menggema, membawa semangat baru ke dalam hati para pendengar. “Bayangkan,” ia memulai, “Bahwa korupsi sebenarnya adalah pencuri juga, namun memiliki kekuasaan,” kata-katanya bagaikan peluru, menembus keheningan dan mengajak kita menatap wajahnya.
Para pendengar seketika hening, membayangan seolah korupsi berdiri angkuh, mengintai dari balik kekuasaan. Ia mengingatkan kita, betapa mudahnya potongan-potongan harapan yang direnggut, diambil oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Pemerintah membuat sebuah instansi tidak semata-mata sebagai patung yang tidak bergerak, diibaratkan dalam sebuah film mafia menjerat seorang mafia tidak hanya dengan cara mudah dengan itu dibuatkannya KPK jika direalisasikan sebagai sebuah negara Indonesia.
Ia berkata, banyak orang bependapat hukum di atas segalanya namun, apa dayanya tanpa sebuah moral. Hukum, dalam wujudnya yang paling tegas, adalah sekumpulan aturan, dibangun diatas rasionalitas. Namun, tanpa moral hukum adalah tubuh tanpa jiwa. Dalam setiap pasal yang ditetapkan, terdapat empati dan keadilan.
“Saya percaya bahwa berpolitik tidak harus jadi pegawai negeri, tapi sepanjang kita mengkritik, memberikan masukan itu sudah termasuk berpolitik,” ucap Bivitri, suaranya tegas seakan menggenggam harapan banyak orang, Jumat (25/10/2024).
Dalam kalimatnya terukir sebuah pemahaman mendalam bahwa partisipasi tak selalu terlihat dalam seragam formal. Setiap kritik adalah benih perubahan, setiap masukan adalah langkah menuju keadilan. Bivitri mengajak kita untuk melihat politik sebagai ruang terbuka, di mana setiap orang dapat berkontribusi.
Sesi tanya jawab dibuka, peserta berbagi cerita mengungkapkan keinginan untuk menciptakan perubahan di lingkungan mereka. Setiap peserta menjadi bintang di panggung Kinemaksi, menyuarakan harapan dan cita. Salah satu mahasiswa memberikan perasaan yang ia dapat, dalam setiap kata yang diucapkannya, terlintas kesadaran mendalam akan tanggung jawab generasi muda.
“Sebagai mahasiswa kita harus melek terhadap politik, jadikan politik itu sebagai pasangan di hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa lepas dari yang namanya politik,” suaranya mengalir mengajak kita menyelami makna di balik pernyataan itu.
KinemAksi Anti Corruption bukan sekadar sebuah panggung diskusi ini adalah gerakan, sebuah panggilan bagi generasi muda untuk bangkit, berjuang melawan korupsi, dan mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan berkeadilan.