JURNALPOSMEDIA.COM – Bidang Intelektual dan Sosial Hima Jurnalistik bersama Modifia Personal Development Program mengadakan diskusi online. Dengan bertajuk “Covid-19, Pemberitaan dan Aspek Psikis Terhadap Masyarakat”, kegiatan tersebut digelar via Whatsapp pada Kamis, (2/4/2020).
Pemantik diskusi, Cikal Bintang Raissatria mengatakan, dalam teori hipodermik media massa dianggap bisa sengaja mengubah atau mengontrol perilaku masyarakat melalui pemberitaanya. Berita bisa menimbulkan efek secara langsung kepada masyarakat. Kepanikan dapat terjadi saat pemberitaan terkesan gegabah dan hanya menakut-nakuti.
Media seharusnya memberitakan hal yang penting dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika media memberitakan hal-hal sensasional saja maka tidak berbeda jauh dengan thread di media sosial.
“Dalam situasi pandemi ini, berita-berita yang mengedukasi masyarakatlah yang dibutuhkan. Dari mulai cara virus menular, cara mencegah penularan dan tindakan setelah tertular,” ujar Cikal saat menyampaikan materi diskusi.
Ia berpendapat jika tugas media memberitakan Covid-19 ialah sebagai sumber informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Selain itu, memberi panduan dan mengedukasi publik, turut mengawasi peran pemerintah, serta memverifikasi disinformasi.
Cikal menambahkan jika pengungkapan identitas pasien ke publik harus tetap mengedepankan empati. Di tengah pandemi ini memang butuh informasi akurat dan cepat, namun harus tetap ada persetujuan dari pasien terlebih dahulu sebelum mengungkapkan identitasnya ke publik.
“Telan informasi yang membuat kita tenang, membuat kita bisa belajar, dan tentu saja sesuai kebutuhan,” terangnya.
Adapun ahli psikologi, Agus Mulyana mengatakan ditengah kepanikan pandemi ini kita harus tetap tenang dan berpikir positif. Salah satu caranya dengan memiliki keyakinan bahwa fenomena Covid-19 ini akan segera berakhir. Menerapkan pola hidup sehat dan anjuran-anjuran medis, seta menjaga kebersihan lingkungan harus dilakukan.
Agar pikiran positif, Agus menuturkan bahwa kita harus meghindari pemberitaan negatif dan lebih banyak mencari berita positif. Hal tersebut berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Seseorang yang panik dan cemas akan lebih rentan terkena penyakit, termasuk virus corona. Dengan sisa energi yang terbatas, maka berdampak pada menurunnya imun atau daya tahan tubuh.
“Kurangi informasi negatif yang bisa buat kita panik dan cemas dan perbanyak informasi positif yang bisa buat kita bahagia. Boleh saja panik dan cemas karena itu normal, selama kita bisa mengontrol diri,” ujarnya.
Salah satu peserta, Restu Nugraha mengatakan bahwa diskusi terkait pemberitaan Covid-19 ini sangat bagus dan bermanfaat. Terutama bagi orang-orang yang sudah merasa muak terhadap berita negatif yang beredar. Setidaknya dapat mengurangi kecemasan berlebih saat menanggapi hal tersebut.