Sat, 25 October 2025

Massa Desak Pemerintah Lebih Peka: Jangan Jadikan Rakyat ‘Sapi Demokrasi’

Reporter: Nida Rasya Kania | Redaktur: KHOIRUNNISA FEBRIANI SOFWAN | Dibaca 565 kali

Sat, 30 August 2025
(Sumber foto: Dokumentasi pribadi)

JURNALPOSMEDIA.COM – Hari Jumat (29/8/2025) terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, pengemudi ojek online (ojol), dan ibu-ibu di Gedung DPRD Jawa Barat (Jabar), Kota Bandung. Mahasiswa UIN Bandung, Unpad dan Universitas Muhammadiyah Bandung mengawali aksi demonstrasi dari Polda Jawa Barat.

Aksi demosntrasi ini diserukan kepada polisi untuk meminta keadilan bagi Affan Kurniawan yang kehilangan nyawa karena dilindas oleh Brimob. Adapun tuntutan lainnya berupa seruan “Bubarkan DPR” serta beberapa kritik tunjangan yang selama ini dinilai memberatkan rakyat.

Salah seorang mahasiswa Unpad, Juwita menghadiri aksi demonstrasi di Polda Jabar saat pukul dua siang. Ia menilai keadaan saat itu cukup aman, namun seiring berjalannya waktu, aksi demonstrasi mulai ricuh.

“Awalnya suasana masih aman, tertib, dan teratur. Setelah massa makin banyak dikumpulkan, kondisinya jadi lebih ramai. Tapi meskipun ramai, aksi tetap terkendali, tidak ada kerusuhan atau tindakan anarkis,” ucapnya saat diwawancarai pada hari Jumat (29/8/2025).

Tak berhenti di depan Polda Jabar, massa kemudian melanjutkan aksinya ke Gedung DPRD Jawa Barat. Di lokasi ini tuntutan semakin kencang digaungkan, mulai dari seruan keadilan, kritik terhadap tunjangan, hingga desakan DPR agar dibubarkan.

Salah seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Aji menghadiri aksi saat siang hari. Ia menjelaskan kondisi di lapangan ojol sudah lebih dulu sampai, suasana belum ricuh, namun pihak aparat yang terkait belum keluar dari kediaman untuk menemui massa.

“Awalnya massa dari ojol sudah lebih dulu sampai. Kami masih maju bersama, suasana belum chaos. Tapi di depan, dari pihak DPRD atau aparat tidak ada yang keluar untuk menemui massa,” ujarnya.

Aksi dilanjutkan dengan orasi oleh mahasiswa dan ojol, namun belum ada jawaban dari aparat. Menurutnya, kasus yang selama ini diserukan oleh masyarakat harus ditindaklanjuti, keamanan dan keadilan pun harus tetap ditegakkan.

Salah seorang pengemudi ojol, Dani juga menyerukan hal yang serupa. Ia menghadiri demonstrasi sebagai aksi solidaritas untuk rekan ojol yang meninggal dunia di Jakarta.  Menurutnya isu yang diserukan ini bukan hanya sekedar untuk solidaritas, tetapi menuntuk keadilan juga terhadap ekonomi yang dirasakan oleh para pengemudi ojol.

Ia menjelaskan betapa pemerintah harus memperhatikan nasib ojol, tidak semena-mena dalam bertindak, karena setiap orang berhak hidup layak dengan gaji mereka.

“Pemerintah harus memperhatikan nasib ojol. Jangan sampai aplikator seenaknya. Semua orang butuh hidup layak, dan pemerintah seharusnya bikin aturan yang adil, bukan malah membiarkan persaingan tarif yang merugikan driver,” ungkap Dani.

Sementara itu seorang ibu rumah tangga, Yulia menghadiri aksi demonstrasi. Yulia beserta rekan-rekan yang menghadiri aksi mengakui bahwa kehadirannya di lapangan sebagai “orang tua” yang ikut mengawasi dan ingin memastikan aspirasi mereka didengar.

“Sebagai orang tua, saya merasa ikut mengawasi. Mahasiswa yang turun aksi itu juga anak-anak kami, kami anggap mereka keluarga. Kami ingin memastikan aspirasi mereka didengar, bukan dibenturkan dengan polisi atau tindakan represif,” pungkasnya.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments