Mon, 16 December 2024

Keterbukaan Pedagang Kecil Pada Pembayaran Digital QRIS

Reporter: Tsaniya Zahirah Shafa | Redaktur: ZAHRA DWI AQILAH | Dibaca 103 kali

2 hari yang lalu
(Sumber: Pinterest.com)

JURNALPOSMEDIA.COM – Dalam beberapa bulan terakhir, penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi viral di kalangan pedagang kaki lima sekitar kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Para pedagang kaki lima yang awalnya enggan menggunakan QRIS tersebut, sekarang justru menjadi suatu tranformasi yang menarik dikalangan pedagang. Peningkatan penggunaan QRIS di kawasan ini juga tidak lepas dari kalangan mahasiswa yang kerap kali menjadi konsumen utama karena generasi ini lebih akrab dengan teknologi dan mengandalkan pembayaran digital dibandingkan membawa uang tunai.

Secara umum, sistem pembayaran bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni sistem pembayaran dengan menggunakan uang tunai serta non-tunai. Perbedaan utama terletak di jenis media yang dipakai. Sistem pembayaran tunai memakai uang tunai (baik dalam bentuk uang kertas maupun koin) sebagai alat pembayaran. Meskipun memiliki kelebihan, seperti kemudahan dalam penggunaan, serta bisa dipecahkan dalam nominal berapapun. Sedangkan transaksi digital menggunakan kode QR ini bermodalkan smarthphone dan diakses melalui e-money atau atm digital menggunakan paket data atau internet.

Sikap awal pedagang kaki lima sebelumnya didominasi dengan penolakan. Ada beberapa sebab dan yang paling mendominasi adalah kurangnya pemahaman terhadap penggunaan teknologi tersebut, seperti kekhawatiran adanya biaya tambahan dalam pembuatan barcode, cara mendaftar dan seputar kegiatan transaksi lainnya sehingga ini dinilai sebagai sesuatu yang baru dan rumit untuk digunakan oleh mereka. Terlebih banyak dari mereka yang belum memiliki ponsel. Kemudian banyak dari mereka yang berasumsi bahwa teknologi ini hanya cocok untuk toko besar atau modern bukan usaha kecil yang masih merintis.

Selain itu, faktor lainnya adalah sebagian besar pedagang menganggap bahwa transaksi tunai lebih mudah dan terbiasa. Mereka mengkhawatirkan bahwa pembayaran digital ini akan memperlambat proses transaksi karena membingungkan pembeli atau pedagang. Para pedagang juga merasa bahwa pembayaran secara tunai memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengelola keuangan dengan mudah dengan memantau pendapatan harian tanpa bergantung pada aplikasi tertentu. Bagi pedagang kecil, akses teknologi dan ponsel masih menjadi pemahaman terbatas sehingga uang tunai masih menjadi solusi terbaik.

Namun tanpa sadar bahwa QRIS juga membawa banyak kemudahan dan perubahan bagi pedagang kecil. Sistem ini sudah dirancang dan dibuat sederhana agar mudah dipahami oleh seluruh kalangan masyarakat. Dengan hanya memindai kode QR dari ponsel menggunakan internet, transaksi sudah bisa dilakukan dalam waktu sekejap. Pedagang pun tidak perlu menyiapkan uang kembali kepada pelanggan.

Proses pendaftarannya pun sederhana dan tidak memerlukan perangkat mahal karena pada saat ini seluruh ponsel sudah memadai teknologi tersebut. Dengan demikian pedang kecil tidak perlu khawatir kehilangan pelanggan yang ingin bertransaksi secara digital terlebih berjualan di lingkungan kampus, dimana mahasiswa lebih siap uang digital dibandingkan tunai.

Keterbukaan pedagang kecil terhadap penggunaan QRIS menjadi fenomena berkelanjutan, yang artinya adanya adaptasi positif terhadap perubahan teknologi. Banyak dari mereka saat ini terlah menyadari bahwa tren pembayaran digital tidak bisa dihindari dan justru memberikan peluang lebih besar untuk meningkatkan daya saing diantara penjual. Dengan menyediakan opsi pembayaran QRIS, pedagang kecil tak hanya mendapatkan keuntungan meraut pelanggan dengan mudah melainkan juga membuat usaha mereka terkesan modern dan lebih profesional.

QRIS memungkinkan pedagang kecil memperluas pasar serta menambah pendapatan secara signifikan. Sehingga keuntungan yang didapatkan lebih berpeluang dibandingkan hanya memberikan opsi pembayaran tunai. Maka kenikmatan ini akan dirasakan kedua belah pihak, penjual dan pelanggan.
Ini juga dibuktikan dari hasil survei yang dilakukan oleh INDEF pada tahun 2023 yang menemukan bahwa seluruh responden UMKM setuju bahwa penggunaan platform digital dapat mendongkrak penjualan, dengan presentase 64,17% setuju dan 35,83% sangat setuju. Mayoritas responden juga percaya bahwa digitalisasi dapat menarik lebih banyak pelanggan, menyederhanakan pemasaran, dan mengurangi biaya (Permana et al., 2022; Permana & Herlan, 2022; Soto-Acosta, 2020).

Sebagai contoh, seorang pedagang tahu bulat yang kerap kali berjualan di depan kampus melaporkan bahwa transaksi yang terjadi terhitung satu hari bisa mencapai puluhan orang padahal sebelumnya sulit dicapai karena keterbatasan pembayaran. Kehadiran layanan pembuatan kode QR yang mudah dan murah mendorong banyak pedagang untuk beralih ke pembayaran digital, sehingga memudahkan mereka beradaptasi dengan tren pasar saat ini. Sehingga ini menjadi dampak positif yang nyata dari digitalisasi yang diterapkan oleh pedagang kecil.

Kisah pedagang ini hanyalah satu dari sekian banyaknya contoh nyata bagaimana digitalisasi telah mengubah ruang bisnis pedagang kecil. Kemudahan akses teknologi dan informasi, terutama smartphone dan internet, telah memberikan peluang baru dan besar pada UMKM, termasuk para pedagang kaki lima. Tak hanya pembayarannya yang digital, fitur yang ada di aplikasi juga mendukung keberhasilan penerapan pembayaran digital.

Digitalisasi bukan hanya sekedar tren melainkan merupakan sebuah inovasi yang bukan hanya sebagai pilihan melainkan keharusan untuk pedagang kecil di perkembangan era yang semakin kompetitif. Tak hanya meningkatkan pelanggan, melainkan mengembangkan bisnis mereka menjadi lebih besar. Sehingga dalam hal ini, teknologi tak hanya dirasakan oleh sebuah perusahaan besar, teknologi digunakan dan dimanfaatkan dengan baik untuk seluruh masyarakat.

Hal ini juga tak terlepas dari upaya pemerintah melakukan sosialisasi secara terus menerus baik secara online atau offline agar seluruh masyarakat terlibat dalam kesuksesan teknologi terbaru. Walaupun kesenjangan informasi tetap masih menjadi masalah besar.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments