JURNALPOSMEDIA.COM – Aliansi Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Perempuan (Para Puan) menggelar seruan aksi peringatan International Women’s Day yang bertemakan “Kapitalisme Adalah Pandemi, Persatuan Perempuan Tertindas Adalah Solusi” Selasa (8/3/2022). Massa aksi melakukan long march dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menuju titik aksi, yaitu Gedung Sate Bandung.
Salah satu anggota aliansi Para Puan, Sheila menjelaskan maksud dari tema International Women’s Day kali ini.
“Karena kita percaya dengan bersatu kita bisa melangkah bersama menuju cita-cita yang diharapkan perempuan, yaitu dunia tanpa penindasan terhadap perempuan,” jelasnya saat diwawancarai Jurnalposmedia pada hari yang sama.
Berdasarkan pernyataan yang dirilis Para Puan, Peringatan International Women’s Day ini menjadi momentum bagi perempuan dan elemen rakyat lainnya untuk bersatu dan merawat ingatan tentang seluruh masalah yang hadir, seperti kasus diskriminasi, marginalisasi, kekerasan, dan pelabelan kepada kelompok gender tertentu.
Adapun tuntutan dalam aksi tersebut adalah di antaranya bentuk satuan tugas kekerasan seksual oleh Dinas Tenaga Kerja di pabrik; sahkan Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang pro korban; dan penuhi akses kesehatan reproduksi buruh perempuan secara merata.
Aliansi Mahasiswa Papua, Verro, dalam orasinya mengatakan bahwa di Papua masih terjadi kekerasan terhadap perempuan hingga saat ini.
“Di Papua dari tahun 1991 terjadi kekerasan pada perempuan, bahkan sampai sekarang. Di pemerintahan pun perempuan selalu diurutkan di nomor dua,” ucapnya.
Pernyataan yang dirilis Para Puan juga mengatakan bahwa masalah perempuan dalam berbagai sektorpun tetap menjadi sorotan.
Sektor pabrik yang berkaitan dengan masalah kesejahteraan kerja bagi perempuan, sektor pendidikan yang berkaitan dengan penciptaan ruang aman di setiap jenjang, serta di sektor media terkait diskriminasi dan pelecehan bagi perempuan merupakan sebagian kecil dari besarnya masalah perempuan hari ini.
Ketua Federasi Sebumi, Aminah menuturkan motivasinya mengikuti aksi ini.
“Saya ingin menyuarakan dan ingin agar pemerintah bisa mendengar tuntutan-tuntutan kami, juga bisa peduli terhadap kami semua. Bukan hanya terhadap buruh, tetapi terhadap hak-hak buruh itu sendiri,” tuturnya.
Terakhir, Aminah pun berpesan kepada generasi milenial, generasi penerus bangsa agar tetap berjuang untuk melawan konstruksi gender.
“Perjuangan perempuan melawan konstruksi gender yang ada selama ini barangkali akan menjadi perjuangan yang berat, tetapi meskipun berat, itu harus tetap kita lakukan. Agar tidak terlalu berat, kita harus melakukannya bersama-sama,” tutupnya.