Fri, 11 July 2025

Dari Sisa Jadi Cipta, Pameran Seni Nayanika Tawarkan Estetika dari Limbah

Reporter: MUHAMMAD FAKHRI MAULIDIN/MAGANG | Redaktur: ANGGIA ANANDA SAFITRI | Dibaca 284 kali

Sun, 25 May 2025
(Sumber foto: Muhammad Fakhri Maulidin/Magang)

JURNALPOSMEDIA.COM — Galeri seni tak selalu identik dengan cat minyak dan kanvas mahal. Di ‘Nayanika Art Gallery’ karya-karya yang dipamerkan justru lahir dari bahan tak terduga yaitu limbah plastik.

Pameran bertajuk “Sisa Menjadi Cipta” ini bukan sekadar ajang apresiasi seni, tetapi juga upaya kreatif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya daur ulang. Lead Artist sekaligus penggagas pameran, Teguh Joko Dwiyono mengungkapkan, motivasi utamanya bermula dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan.

“Saya ingin menunjukkan bahwa plastik bisa menjadi sesuatu yang bernilai. Tidak harus punya jiwa seni tinggi untuk mencobanya. Dari pengalaman saya, cukup satu sampai dua jam, peserta workshop sudah bisa menghasilkan karya,” ungkapnya ketika diwawancarai pada, Jumat (23/5/2025).

Teguh memulai perjalanan seni daur ulang ini sejak 1997. Beragam penghargaan telah ia raih, termasuk sebagai pelopor seni lukis kulit telur pertama di Indonesia. Kini, lewat medium plastik, ia mengajak masyarakat untuk melihat ulang nilai dari apa yang selama ini dianggap limbah.

Salah satu hal yang membedakan pameran ini dari galeri seni pada umumnya adalah konsep partisipasinya. Dalam setiap sesi workshop, masyarakat bisa ikut melukis, dengan satu syarat sederhana: membawa sampah plastik dari rumah.

“Tujuannya agar orang-orang tak hanya belajar melukis, tapi juga langsung berkontribusi dalam pengurangan limbah,” jelas Teguh.

Ia bahkan menceritakan pengalamannya saat mengolah sampah dari pemulung di Bantar Gebang. “Sampai sekarang, banyak dari mereka bilang ‘ambil saja’ karena sampah plastik sudah tak bernilai ekonomi. Kami ingin mengubah pandangan itu,” tambahnya.

Seorang helper yang juga merupakan mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan, Helmi mengungkapkan, tema “Sisa Menjadi Cipta” menjadi simbol harapan akan masa depan yang lebih sadar lingkungan.

“Dari sisa-sisa yang dibuang, bisa tercipta karya yang bermakna. Ini bukan cuman soal estetika, tapi bagaimana kita memberi nilai baru pada sesuatu yang dianggap tak berguna,” katanya.

Meskipun jumlah pengunjung belum membludak sejak pagi, panitia yakin bahwa minat akan terus bertambah. “Pameran ini membawa pesan yang kuat. Lewat cara yang menyentuh, saya percaya orang-orang akan tergerak,” ucap Helmi optimis.

Salah seorang pengunjung, Krisna (19) mengaku, awalnya hanya iseng datang karena diajak teman. Namun ia terpesona begitu melihat langsung karya-karya yang ditampilkan.

“Saya belum pernah melihat karya dari bahan daur ulang sebelumnya. Setelah tahu bahwa ini dari plastik dan telur, saya jadi tertarik. Hasilnya bagus banget dan punya nilai lebih,” katanya.

Krisna juga mengungkapkan, pengalaman berinteraksi langsung dengan pelukis menambah kesan mendalam baginya. “Beliau sangat ramah dan terbuka, jadi saya bisa paham makna di balik karyanya,” ungkapnya.

Pameran ini mengangkat isu lingkungan lewat cara yang menyenangkan tanpa kesan menggurui. Setiap karya mengajak pengunjung untuk lebih memahami sekaligus tergerak berkontribusi.

“Pameran seperti ini penting karena menyampaikan pesan lingkungan secara kreatif dan mudah dipahami,” ujar Krisna. Dengan pendekatan seperti ini, isu lingkungan pun terasa lebih dekat dan menyentuh.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments