JURNALPOSMEDIA.COM – Pada 5 Agustus 2025, bumi tercatat menyelesaikan rotasi penuh 1,25 milidetik lebih cepat dari durasi normal 24 jam. Meski terdengar sepele, fenomena ini menjadi perhatian ilmuwan karena menunjukkan bahwa rotasi bumi tidak selalu stabil dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Menurut laporan dari Timeanddate dan Space.com, percepatan rotasi ini menjadikan tanggal 5 Agustus sebagai salah satu hari terpendek sepanjang catatan modern, menyusul dua hari sebelumnya, yaitu 9 Juli dan 22 Juli 2025, yang juga mencatat kecepatan rotasi tinggi.
Para ahli menyebutkan bahwa perubahan kecepatan rotasi bumi dipengaruhi oleh sejumlah faktor alami. Di antaranya adalah tarikan gravitasi bulan, perubahan tekanan dan arus di atmosfer, pergerakan inti cair di dalam bumi, serta mencairnya es di kutub yang menggeser distribusi massa planet. Faktor-faktor tersebut secara langsung dapat memengaruhi panjang hari atau Length of Day (LOD).
“Rotasi Bumi sangat dipengaruhi oleh dinamika internal dan eksternal. Bahkan mencairnya es di Greenland dan Antartika pun bisa mempercepat rotasi Bumi karena massa bergeser ke garis khatulistiwa,” jelas seorang peneliti geofisika dari University of Durham, seperti dikutip dari Scientific American.
Meskipun percepatan ini hanya berlangsung dalam hitungan milidetik dan tidak dirasakan secara langsung oleh manusia, dampaknya bisa signifikan bagi sistem teknologi modern seperti Global Positioning System (GPS), jaringan satelit, hingga sistem keuangan internasional. Ketepatan waktu dalam sistem tersebut sangat bergantung pada sinkronisasi presisi tinggi, sehingga perubahan sekecil apapun dapat menimbulkan gangguan.
Sebagai respons terhadap perubahan ini, komunitas ilmiah tengah mempertimbangkan penerapan Negative Leap Second, yaitu pengurangan satu detik dalam penghitungan waktu internasional. Hal ini menjadi solusi untuk menjaga akurasi waktu universal atau Coordinated Universal Time (UTC) agar tetap selaras dengan rotasi bumi yang terus berubah.
Menariknya, ilmuwan juga mengungkap bahwa di masa awal terbentuknya bumi, satu hari hanya berlangsung sekitar 19 jam. Seiring waktu, gaya pasang surut bulan memperlambat rotasi bumi secara bertahap hingga mencapai 24 jam seperti sekarang.
Fenomena ini menunjukkan bahwa bumi bukanlah benda langit yang sepenuhnya stabil. Bahkan pergerakan kecil dalam sistem planet kita bisa memberikan dampak besar dalam jangka panjang, baik bagi sains, teknologi, maupun kehidupan sehari-hari di masa depan.