Wed, 1 October 2025

Mengapa AS Mengkritik Sistem Pembayaran QRIS Indonesia?

Reporter: SHADA AULIA FITRIANI | Redaktur: TSANIYA ZAHIRAH SHAFA | Dibaca 842 kali

Sat, 10 May 2025
(Sumber foto : astrapay)

JURNALPOSMEDIA – Beberapa waktu lalu sosial media diramaikan isu Amerika Serikat (AS) yang mengkritik sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) milik Indonesia yang merupakan karya anak bangsa. QRIS yang resmi diluncurkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) pada tahun 2019 ini merupakan standar nasional kode QR untuk pembayaran di Indonesia. Saat ini penggunaan QRIS masih terus eksis dan terus bertambah karena efisien dan kemudahannya.

Keluhan AS mengenai QRIS ini tertuang dalam dokumen National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers 2025 yang diterbitkan pada 31 Maret lalu. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa bank dan perusahaan penyedia jasa pembayaran asal Amerika Serikat merasa tidak dilibatkan saat Bank Indonesia membuat kebijakan mengenai QRIS.

Dilansir dari indonesia.go.id, semenjak diluncurkannya QRIS, UMKM lokal ikut terbantu dengan adanya sistem ini. Pembayaran yang dilakukan pun menjadi lebih mudah tanpa adanya biaya tambahan dan yang paling penting adalah data pengguna akan lebih aman. Berbeda jika bertransaksi menggunakan Visa dan Mastercard dua perusahaan global milik Amerika yang akan dikenakan biaya 1% untuk setiap transaksinya. Dalam sehari terjadi jutaan transaksi di Indonesia yang akan menyebabkan kerugian negara milyaran dollar AS pertahunnya.

Dikutip dari indonesia.go.id menurut pengamat ekonomi politik Iwan Nurdin, hal itu adalah langkah strategis menuju kedaulatan ekonomi Indonesia, sekaligus sinyal kuat bahwa negeri ini ingin mengambil alih kendali atas arus uang, data, dan masa depan sistem keuangannya sendiri.

“Dengan hadirnya sistem domestik seperti GPN dan QRIS, dominasi Visa dan Mastercard mulai terkikis. Negara-negara besar seperti Indonesia, India, dan Brasil sedang menuju kemandirian finansial. Sehingga para raksasa teknologi seperti Google Pay, Apple Pay, Amazon Pay, dan PayPal, yang bergantung pada jaringan Visa-Mastercard, merasa terancam,” ucapnya.

Masyarakat dan pelaku usaha ramai beralih menggunakan QRIS sebagai alat untuk melakukan transaksi. Sejak diluncurkannya pengguna QRIS semakin bertambah hingga 54 juta orang per Oktober 2024. Jika dilihat dari kepopuleran QRIS perlahan lahan keberadaan Visa dan Mastercard yang merupakan dua jaringan pembayaran kartu kredit dan debit global posisinya akan tergeser bahkan hilang.

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments