JURNALPOSMEDIA.COM–Dalam rangka turut serta dalam program Bank Indonesia (BI) guna mengurangi peredaran uang kertas, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan Trans Metro Bandung (TMB) melakukan inovasi baru dengan mengalihkan pembayaran ke uang elektronik atau e-money. Meski sudah direncanakan sejak tahun lalu, pengunaan e-money baru dapat terealisasikan akhir tahun ini.
“Sebetulnya sudah dari 2017, kita juga sudah beberapa kali sosialisasi. Tetapi, Januari 2018 lebih banyak yang memakai uang tunai, maka kita bangkitkan lagi sekarang,” ucap Staf Dinas Perhubungan Kota Bandung Bidang Pengelolaan Angkutan Umum, Rikrik Zamitalukan, Kamis (15/11/2018).
Uang elektronik yang digunakan TMB berupa kartu berbentuk persegi yang kemudian disebut Brizzi. Kartu ini bisa didapatkan di Bank BRI, stan Boseh, dan beberapa mini market. Kartu bisa didapatkan dengan harga 35 ribu rupiah sekaligus saldo sebesar 10 ribu rupiah. Ada pula yang seharga 30 ribu rupiah berisi saldo 2500 rupiah.
Sebelumnya, sistem pembayaran menggunakan e-money dapat ditemui di Trans Metro Jakarta (TMJ). Serupa tapi tak sama, antara TMJ dan TMB rupanya memiliki beberapa perbedaan. Jika pada TMJ, kartu e-money langsung ditempelkan ke alat reader, berbeda dengan TMB yang memperbolehkan penumpang naik terlebih dahulu, kemudian memberikan kartunya kepada kondektur untuk diaplikasikan ke reader. Hal tersebut dikarenakan penggunaan e-money masih dalam tahap permulaan dan guna mengurangi kesalahpahaman.
Rikrik mengatakan, banyak manfaat yang bisa didapatkan penumpang jika memiliki kartu e-money. “Pastinya mempromosikan dan mengajak masyarakat untuk segera berpindah menggunakan e-money. Kita memberikan potongan-potongan bagi para pengguna e-money., seperti ketika hari besar, atau perayaan tertentu. Kita biasanya memberi potongan sampai dengan 2500 rupiah, jadi penumpang cuma cukup membayar 500 rupiah,” tambah Rikrik.
Meski sudah disosialisasikan dengan baik, ditambah dengan poster tentang penggunaan uang elektronik yang tersebar di banyak tempat, banyak yang menilai jika penggunaannya masih belum efektif. “Saya takut tidak efektif karena pengguna TMB bukan hanya kalangan mahasiswa, jadi pasti ada saja orang yang tidak bisa menggunakannya,” tutur pengguna setia TMB, Riska Fadilah.
Kendati demikian, Rikrik menyatakan sudah lima sampai sepuluh orang yang telah mengaplikasikan kartunya. TMB juga sedang berupaya untuk memperbaiki sistem dan mengajak masyarakat agar beralih menjadi pengguna uang elektronik.