JURNALPOSMEDIA.COM – Tahu kah kamu? Di Indonesia, tradisi berburu takjil menjadi salah satu momen yang paling ditunggu. Berburu takjil bukan hanya sekedar mencari hidangan pembuka puasa tetapi juga untuk membangun sebuah kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi.
Di tengah riuhnya suara kendaraan dan mahasiswa yang berburu takjil, berdiri seorang wanita paruh baya dengan senyum khas ramahnya. Sang penjual takjil legendaris, Elsa, yang telah menemani mahasiswa UIN selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Sejak kampus islam ini masih berbentuk IAIN, lapak Elsa masih bertahan sampai saat ini dengan kolak pisang sebagai menu andalannya.
Setiap bulan Ramadan, lapak sederhana milik Elsa selalu ramai dikunjungi. Berbagai macam takjil tersusun rapi di atas meja, mulai dari sop buah, kolak pisang, bubur sumsum, candil, kerupuk banjur, dan cilok. Tak hanya rasanya yang lezat, harga yang ditawarkan pun sangat ramah dikantong, menjadikannya favorit di kalangan mahasiswa.
Mulai berjualan sejak jam 3.30 siang sampai dengan jam 6.30 sore, Elsa setidaknya dapat meraih omzet sebesar Rp800 ribu sampai Rp1,5 juta per harinya. Hal ini menunjukkan takjil Elsa memang sangat diminati, ramah di kantong, dan cocok di lidah mahasiswa UIN.
Salah satu mahasiswi, Husna Nurfadhilah mengatakan, jenis takjil yang sering dibeli yaitu bubur sumsum karena rasanya yang sama dengan buatan rumah. Husna mengaku hal tersebut bisa mengobati rasa rindu dengan suasana di rumah, dan juga harganya terjangkau di kalangan mahasiswa.
“Biasanya saya beli bubur sumsum karena emang itu makanan favorit dari ya dari lumayan kecil lah gitu. Ya worth it banget karena bener-bener kerasa ya homemade-nya gitu, kayak gulanya nggak bikin gatal terus juga enak pokoknya pas kayak waktu makan lagi di Bogor begitu,” ungkapnya.
Berburu takjil bukan hanya soal membeli makanan, tapi bagi sebagian orang berburu takjil adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Dengan rasa dan harga yang menjanjikan, kira-kira kamu tertarik nggak nih beli takjil Elsa?
