Fri, 26 July 2024

Sustainable Living, Cara Gaya Hidup Baru dengan Ramah Lingkungan

Sat, 24 December 2022

JURNALPOSMEDIA.COM – Seiring berjalannya waktu, jumlah populasi manusia di seluruh dunia kian meningkat. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa meningkatnya jumlah populasi manusia berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah sampah yang telah mereka konsumsi. 

Pada tahun 2022 saja, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, sampah di Indonesia sudah naik mencapai 70 juta ton. Sebanyak 24 persen atau 16 juta ton sampah tidak dikelola dengan baik.

Bayangkan saja, emisi yang dihasilkan dari satu manusia per harinya bisa saja banyak dan tidak mudah terkontrol oleh gaya hidup yang buruk bahkan tidak berkelanjutan.

Bila hal ini terus dibiarkan, bumi yang sudah dihuni jutaan tahun oleh para leluhur akan cepat punah. Keturunan anak dan cucu kita akan merasakan dampak buruk yang dilakukan oleh gaya hidup yang tidak peduli akan lingkungan.

Diperlukan tindakan preventif yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat, termasuk juga anak muda.

Bagi yang mulai peduli dengan keadaan bumi yang tidak lagi membaik, kita bisa mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan sustainable living. 

Apa Itu Sustainable Living? 

Secara singkat, sustainable living adalah salah satu bentuk gaya hidup yang mempertimbangkan dampak jangka panjang. Apa pun yang dilakukan setiap harinya, haruslah memikirkan dampak apa yang akan terjadi ke depannya. 

Co-Owner Vert.Terre, Ratri Sekar Wening (24) menyebut, sustainable living berupaya menjalani hidup di hari ini demi menjaga gaya hidup seseorang tanpa merusak lingkungan. Tentu saja, hal ini untuk menjaga masa depan agar bisa dinikmati, sama seperti lingkungan yang kita huni sekarang.

“Kalau di Vert.Terre biasanya start dari hal-hal yang sederhana dan mudah dilakukan,” ujarnya secara daring, Minggu (18/12/2022).

Vert.Terre atau UMKM berbasis bisnis ramah lingkungan di Yogyakarta sendiri memberi contoh cara mengurangi pemakaian plastik dan menggantinya dengan wadah sendiri. 

Selain itu, bisa dengan memakai barang yang berbahan natural agar residu atau sisa produk bisa tetap terurai dengan baik. 

“Pokoknya, kita hidup di hari ini, kita tetap memikirkan hari esok,” tegas Ratri.

Konsep Sustainable Living Bukan Hal Baru

Sustainable living ini rupanya bukan hal yang baru bagi masyarakat. Salah satu pegiat sustainable living asal Bandung, Rania Hana menilai, banyak orang yang semakin sadar bila bumi yang dihuni bukan untuk generasi sekarang saja, melainkan generasi selanjutnya. 

“Sekarang sudah banyak orang sadar kalau pilihan gaya hidup kita ini (sustainable living) berdampak baik kepada lingkungan maupun bagi orang di sekitar kita,” tambahnya. 

Konsep gaya hidup ini adalah meminimalkan segala bentuk sampah yang diproduksi per orangnya. Sehingga, dampaknya sendiri bukan hanya mengurangi sampah, melainkan ujar Rania, ia lebih terasa mindfulness dengan memanfaatkan produk semaksimal mungkin.

Kalau yang tanpa sadar efeknya sih pengeluaran aku jadi lebih sedikit. Memang, awalnya pengeluarannya lebih gede, tapi aku make-nya untuk waktu yang lebih lama,” ucap Rania pada Jumat (16/12/2022).

Co-Owner Vert.Terre, Tiffani Rizki (24) berbagi hal yang sama dengan konsep sustainable living. Menurutnya, gaya hidup ini bisa dimulai dari hal kecil dan murah tanpa harus mengeluarkan banyak modal. 

Selain itu, Ratri dan Rania kemudian memberi tips yang sama dalam menjalani sustainable living sebagai berikut.

1. Perbanyak Informasi tentang Gaya Hidup

Dalam memulai gaya hidup ini, Ratri menilai, sustainable living bisa dimulai dari hal yang paling sederhana. 

Niat belajar dan mencari informasi yang mendalam soal gaya hidup ramah lingkungan juga menjadi nilai tambah. 

Dengan memperkaya informasi soal sustainable living, akan membawa seseorang untuk terus memacu motivasinya untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. 

Menurut Ratri, dalam menerapkan sustainable living, intinya perlu belajar tentang lingkungan dari soal thrifting, atau cara belanja minim plastik.

2. Pakai Wadah Sendiri

Dua sahabat, Tiffani dan Ratri membuka bisnis Vert.Terre bermula dari kegemaran mereka memakai sedotan stainless steel. 

Selain bisa dipakai berulang kali, penggunaan sedotan stainless steel juga dirasa bisa menekan emisi karbon yang mereka konsumsi kepada bumi. 

“Misalnya, ada orang yang enggak setuju sama sedotan stainless, ada ‘kan orang yang berargumen pembuatan sedotan stainless emisinya lebih besar daripada sedotan plastik. Padahal kalau itu (sedotan plastik) dipakai berulang-ulang kali juga tetap menghasilkan emisi itu,” balas Tiffani. 

Selain memakai sedotan, Ratri juga menyarankan untuk memakai wadah bekal sendiri ketika bepergian. Misalnya, membawa tumbler atau kotak makanan ke tempat kerja atau sekolah. Ketika berbelanja juga, kita bisa membawa kantong sendiri yang berasal dari sisa shopping bag dari restoran cepat saji atau lainnya.

Hal ini dinilai Ratri mudah dilakukan sebagai gaya hidup sehari-hari, tapi berdampak penggunaan minim sampah. 

3. Menghargai Setiap Suapan dari Makanan

Lain halnya dari Rania, ia tidak muluk-muluk soal pemakaian ulang dari suatu barang. Ia lebih menekankan gaya hidup ramah lingkungan ini dengan menghindari makanan sisa (food waste) dari setiap suapan makanan per harinya. 

“Berusaha menghabiskan makanan yang sudah diolah. Kalau masih ada sisa, selama kondisinya masih bagus, diusahakan untuk dipanaskan lagi atau diolah lagi,” sarannya.

Menghargai setiap suapan makanan menjadi poin utama bagi Rania. Apalagi ketika ia harus dihadapkan dengan kondisi makan di restoran dan makanan tidak habis.

Makanan pun bukan hanya konsumsinya saja, melainkan harus tetap memperhatikan bagaimana makanan diproduksi. 

“Aku jadi makin concern ke makanan yang aku makan. Jadi, aku berusaha makan makanan yang lebih sehat, menghindari processed food sedikit demi sedikit,” cerita Rania.

4. Mementingkan Kualitas nan Kuantitas

Setiap mengonsumsi berbagai produk, Rania selalu mementingkan kuantitas dan kualitas nilai suatu barang. 

Misalnya, ia lebih selektif dalam membeli pakaian, terkhusus mengecek kualitas dari bahan kainnya. 

“Aku juga ingin pilih baju yang bisa dipakai untuk jangka panjang untuk mengurangi cost per use (harga per pakai),” ujarnya.

Ia juga lebih cocok menggunakan bahan yang natural, seperti soap bar (sabun batangan) dibandingkan sabun bermerek yang dijual di pasaran. 

Pada kenyataannya, penggunaan sabun batangan yang berasal dari bahan natural akan menghasilkan minim residu dan menekan polusi air. 

5. Ajak Teman untuk Merubah Gaya Hidup

Mengajak teman untuk hal yang lebih baik adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan dalam menerapkan sustainable living

Bukti nyatanya ialah ketika Ratri dan Tiffani berhasil menciptakan kolaborasi yang berujung bisnis serta edukasi bersama berbasis ramah lingkungan. 

Ratri bercerita, selain berbisnis dengan menjual produk ramah lingkungan, Vert.Terre juga rajin mengadakan workshop yang terbatas bagi beberapa orang. 

Kegiatannya pun beragam, ada merangkai bunga berbasis ramah lingkungan, membuat scanted candle, melukis, dan lainnya. 

Meski secara fisik workshop tersebut tidak berhubungan dengan ramah lingkungan, tetapi Ratri menjelaskan bahwa banyak nilai ramah lingkungan yang bisa dirasakan. 

Workshop ini juga bisa jadi ajang menambah relasi dan wadah mengedukasi diri tentang apa itu gaya ramah lingkungan hidup kepada masyarakat awam. 

Tiffani pun tidak kalah menyampaikan tips mudah lainnya dalam bersosialisasi di tengah kita menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. 

“Kalau bisa kita punya teman untuk belajar ramah lingkungan,” ujarnya.

Fungsinya, tentu untuk saling mengingatkan dan menghargai dari praktik sustainable living itu sendiri. Berteman dengan satu visi dan satu gaya hidup juga bisa menjadi motivasi tertinggi untuk terus meningkatkan gaya hidup yang berkelanjutan ini, 

“(Misalnya), masa setahun tuh sustainable-nya cuma itu doang. ‘Kan kita kayak merasa tertantang ya dan masa enggak ada progres sih. Terus kita nyari hal apa ya yang sustainable lagi yang bisa kita lakuin tanpa banyak effort,” pungkas Ratri. 

 

Reporter: Retna Gemilang

Redaktur: Siti Barkah

 

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments