JURNALPOSMEDIA.COM – Kita semua tentu sudah tidak asing lagi dengan Covid-19, virus jenis baru yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China. Virus ini mudah menular antar manusia dari tetesan cairan pernapasan tubuh melalui tangan atau permukaan padat.
Penyebarannya pun meluas dengan sangat cepat dan menjadi pandemi yang menggemparkan dunia tak terkecuali Indonesia. Dampak yang ditimbulkannya sangat signifikan dan dirasakan oleh semua kalangan masyarakat, termasuk dunia pendidikan.
Kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan tatap muka langsung di kelas, sekarang berubah menjadi sistem belajar secara daring (dalam jaringan). Tentunya ini merupakan sistem pembelajaran yang baru bagi kita semua, tak terkecuali pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) maupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Belajar dengan sistem daring adalah jawaban atau respon terhadap kegiatan belajar mengajar yang terdampak Covid-19 ini. Pembelajaran ini memanfaatkan perkembangan teknologi di dunia pendidikan, dimana dapat diakses melalui aplikasi-aplikasi yang dapat menjadi media pembelajaran di masa pandemi.
Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru yang dituntut untuk memberikan inovasi dan kreativitas dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dengan tidak hanya memberikan tugas yang banyak serta memberi beban kepada siswa.
Peran teknologi dalam dunia pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa segala urusan di zaman sekarang selalu melibatkan teknologi. Hal ini terjadi tentu saja akibat dari pesatnya kemajuan teknologi. Dari anak-anak hingga orang tua, seorang ahli atau seorang awam sekalipun, teknologi telah menjadi bagian hidup masyarakat masa kini.
Tidak melulu dalam bidang-bidang besar, teknologi pun telah berpengaruh pada kelangsungan pendidikan. Dalam prakteknya, teknologi jelas memiliki peran tersendiri yang membuat proses belajar mengajar menjadi lebih mudah.
Itu karena adanya tuntutan global terus mendesak dunia pendidikan untuk menyesuaikan perkembangan terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan. Sehingga dalam beberapa tahun, budaya proses belajar mengajar pun mulai berganti.
Proses pembelajaran tak melulu harus bertatap muka seperti sekolah konvensional dan dapat dilakukan dengan modus belajar jarak jauh. Sekolah dapat memanfaatkan berbagai macam media komunikasi, baik berbasis suara maupun berbasis video. Tentu dengan memanfaatkan internet sebagai penghubung, sehingga guru sebagai tetap dapat memberikan materi pembelajaran terhadap siswanya.
Perkembangan teknologi diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Terutama dalam menyesuaikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang khususnya digunakan dalam proses metode pengajaran.
Menurut Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo dalam bukunya yang berjudul Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran disebutkan bahwa kecenderungan pendidikan di Indonesia pada masa mendatang adalah sebagai berikut:
- Teknologi membuat pendidikan berkembang terbuka dengan modus belajar jarak jauh yang kemudian untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka jarak jauh tersebut tentu perlu dimasukkan strategi
- Sharing Resource bersama antar setiap lembaga pendidikan dalam sebuah jaringan perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya seperti guru dan laboratorium dapat berubah fungsi menjadi informasi daripada sekedar terpaku dalam rak
- Penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan secara interaktif seperti adanya CD-ROM multimedia dalam pendidikan secara bertahapnya dapat menggantikan televisi dan radio. Adanya perkembangan teknologi dan informasi dalam dunia Pendidikan saat ini, maka sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media
Perkembangan teknologi seperti hal yang sudah dipaparkan diatas tentu menjadi tuntutan bagi kita semua khususnya para pendidik. Dimana dunia pendidikan memerlukan inovasi dan kreativitas dalam proses pembelajarannya karena banyak orang yang mengusulkan dalam dunia pendidikan, khususnya metode pembelajaran.
Akan tetapi, sedikit orang yang bicara mengenai solusi dari pemecahan masalah tentang metode proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan global sejak abad ke 21 saat ini. Tidak hanya untuk guru saja, bidang teknologi pastinya berperan juga untuk peserta didik seperti, sebagai media pembelajaran secara online.
Teknologi sebagai media belajar online dengan cangkupan luas sebagai pengganti buku. Kemudian dapat digunakan ketika belajar kelompok, dimana teknologi yang dilengkapi aplikasi chatting yang membuat siswa dapat dengan mudah melakukan diskus tanpa harus bertemu langsung.
Teknologi juga memudahkan siswa memahami metode pembelajaran, yaitu sebagai media untuk mendapatkan atau menerima informasi dari gurunya atau ketua kelas mengenai pekerjaan rumah (PR) atau pengumuman lainnya.
Selain itu, teknologi mempunyai peran memudahkan dan meringkas pembelajaran. Karena materi yang tertera pada mesin dapat menunjukkan apa yang sedang dicari. Sekaligus memudahkannya menemukan jawaban dan pemecahan masalah dalam waktu singkat.
Selama masa pembelajaran jarak jauh, tugas bisa saja hadir setiap harinya. Situasi rumah yang kadang tidak kondusif untuk belajar dan tidak adanya pengajar yang hadir secara langsung berpotensi membuat siswa kerap bosan dan menolak untuk belajar.
Perlu kita ketahui bahwa tidak sedikit guru yang mendapatkan keluhan dari orangtua terkait kondisi anaknya yang enggan atau malas untuk belajar, sehingga tugas-tugas yang harusnya dikerjakan bisa menumpuk setiap harinya.
Luqman sebagai seorang pakar Pendidikan berpendaat bahwa “pembelajaran terbaik adalah pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka secara langsung dengan guru dan teman-teman. Proses ini memiliki nilai tambah pada siswa seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral. Nilai-nilai ini hanya didapatkan dengan interaksi sosial di suatu area pendidikan”.
Akan tetapi di sisi lain Luqman tak menampik adanya hal positif dari kegiatan belajar dari rumah. Peran orang tua sebagai madrasah untuk anaknya kembali dirasakan. Orang tua dan anak memiliki waktu berkualitas untuk saling membimbing dan memerikan wawasan satu sama lain.
Peran guru dalam dunia pendidikan
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa peran guru adalah “pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan anak usia dini jalur Pendidikan formal, Pendidikan dasar, dan menengah”.
Pendidik yang dikatakan professional pastilah mempunyai kompetensi, baik itu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi professional.
Di era revolusi industry 4.0 saat ini, kompetensi pedagogik yang dimiliki guru memegang peran yang vital dalam Pendidikan. Peran guru dalam proses belajar mengajar seharusnya tidak bisa tergantikan oleh mesin atau teknologi saat ini.
Guru pada masa kini perlu mendefinisikan ulang perannya sebagai pendidik antara lain dengan menjadi motivator dan katalisator pengetahuan.
Guru harus memberikan motivasi, dan mengeluarkan potensi terbaik peserta didik, dan ini tidak bisa dilakukan oleh mesin apapun. Masa Pandemi saat ini teknologi sangat berperan dalam proses pembelajaran tak terkecuali Pendidikan tingkat dasar.
Apakah peran guru ditingkat sekolah dasar tergantikan oleh teknologi saat ini?
Untuk bisa menjawab hal tersebut kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja tetapi kita juga harus memperhatikan sisi lainnya. Peran guru sebagai pentransfer ilmu tentunya tidak tergantikan.
Karena posisi teknologi disini adalah sebagai media, dan pembelajaran secara daring adalah metode pembelajarannya.
Siswa tentunya tetap mendapatkan materi, ilmu pengetahuan lainnya lewat guru melalui media teknologi yang ada. Ketika ada hal yang membuat siswa kurang mengerti, mereka dapat menanyakan kepada guru melalui aplikasi chat, tentunya dengan bantuan orangtua.
Hal tersebut membuktikan bahwa peran guru sebagai pentransfer ilmu tidak dapat tergantikan. Sisi lain peran guru sebagai pengajar mungkin saja dapat tergantikan. Dengan adanya beberapa aplikasi belajar online, contoh sebut saja Ruang Guru dan lain sebagainya.
Dalam keadaan seperti ini bisa dikatakan juga peran guru tergantikan jika guru sebagai pengajar tidak melakukan tugasnya sebagaimana mestinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak sedikit guru yang hanya sebatas memberikan tugas saja kepada siswanya, tanpa memberikan materi pembelajaran apapun.
Akan tetapi dalam hal ini ada manfaatnya baik bagi guru maupun siswa, guru seharusnya bisa lebih inovatif dan kreatif dalam mengatur pembelajaran. Siswa juga seharusnya bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri, belajar secara mandiri, dan disini guru berperan sebagai kolabirator, pengarah, agar siswa belajar mandiri namun tetap pada jalur yang tepat.
Selain itu, peran guru sebagai seorang pendidik tentu tidak akan pernah bisa tergantikan. Karena bagaimanapun seorang siswa tentu membutuhkan seorang role model, seorang contoh, seorang panutan, posisi inilah yang tidak dapat digantikan oleh apapun.
Menurut beberapa penelitian proses pembelajaran secara daring ini hanya mentransfer sebagian kecil dari bagian pendidikan yaitu aspek kognitif saja.
Sedangkan aspek-aspek lain tidak bisa tersalurkan, seperti aspek afektif, psikomotorik. Serta nilai-nilai kemanusiaan seperti akhlakul karimah, proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral. Semua itu hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial (proses belajar mengajar) dilingkungan sekolah. Guru merupakan suri tauladan yang baik bagi setiap siswa dan siswinya.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan secara langsung maupun daring tidak bisa menggantikan peran seorang guru. Hanya saja tingkat kefektifan nya sangat jauh berbeda, dan sudah seharusnya ini menjadi bahan evaluasi bagi kita semua apakah pembelajaran secara daring lebih baik dari pada pembelajaran dengan tatap muka langsung atau sebaliknya.
Esensinya guru itu mengajarkan kepada siswanya ilmu pengetahuan dan mendidik dengan mentransfer nilai-nilai dan norma. Pada transfer nilai dan norma tersebut dengan model pembelajaran daring sekarang cenderung berkurang bahkan tidak ada.
Oleh karena itu, dalam segi kognitif, teknologi memang bisa membantu atau memudahkan para siswa dalam belajar. Namun, pada segi afektif dan psikomotor teknologi tidak bisa menggantikan sosok seorang guru. Karena guru bukan hanya sebatas mentrasnfer ilmu tetapi sebagai figur untuk menyampaikan akhlak, sosok untuk digugu dan ditiru.
Penulis merupakan mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Bandung