Menggeram di kiri telingaku yang tuli
Menunda tidur indah gelap pagiku
Menusuk dengan pedang di bagian bawah dada
Memberi pesan tentang tangis dan derita
Ekploitasi lahan pertanian memaksa emak-emak ikut turun ke jalan
Menangis mempertahankan tanah yang luasnya memang tak seberapa
Membawa pilu bagi bayi di pangkuan anak yang lapar
Membangun emosi yang berakhir dengan pukulan yang membuat terkapar
Aku terkejut melihat seorang nenek paruh baya kehilangan sisa nafasnya
Mendengar kabar duka dari anak kecil yang kehilangan tempat bermainnya
Mencium bau lumpur sisa tambang yang merusak sawah dan ladang
Meraba bilik bambu sebelum akhirnya diusir dan ditendang
Sementara mereka sibuk membangun dan menanam besi
Sementara mereka senang membakar batu bara penghasil polusi
Di tengah pandemi mereka bersenang hati
Disahkannya Undang-Undang Minerba sebagai tanda keleluasaan hati
Di timur sagu diganti beras
Di utara nasi diganti kubangan air
Terbentur dan tertusuk dengan keras
Hati dan otak berakhir dengan terkilir
Tempat konservasi menjadi pariwisata
Bus dan asap hilir mudik datang menerpa
Sementara warung-warung bermunculan sebagai pengganti mata pencaharian
Sisanya bertani dengan tanah garapan yang sebentar lagi dirampas tuan-tuan!
*Penulis merupakan Mahasiswa Jurnalistik