JURNALPOSMEDIA.COM–Jurusan Komunkasi Penyiaran Islam (KPI) menggelar acara mimbar bebas yang dilaksanakan Di bawah Pohon Rindang (DPR), UIN Bandung, Jalan A.H Nasution, Kota Bandung, Senin (24/09/2018). Mimbar bebas tersebut diadakan sebagai bentuk solidaritas atas dibungkamnya demokrasi dan represifnya aparat terhadap aksi mahasiswa yang dilakukan di Medan.
Dilansir dari medan.tribunnews.com, Kamis (20/09/2018) lalu, aksi ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Pergerakan Mahasiswa se-Kota Medan datang ke depan kantor DPRD Sumatera Utara untuk meminta pemerintahan Jokowi-JK bertanggungjawab atas kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini. Sebelumnya, di tempat yang sama juga tengah berlangsung aksi dari Masyarakat Pecinta NKRI.
Diduga terprovokasi oleh aksi yang dilakukan mahasiswa, massa dari Masyarakat Pecinta NKRI melewati ratusan mahasiswa dengan menggas dan membunyikan klakson motornya. Mahasiswa yang terpancing emosi, merasa tidak terima dan terjadilah bentrok. Aparat berusaha melerai dan mencegah situasi agar tidak memanas, namun tidak dihiraukan. Bahkan, beredar sejumlah video yang menunjukkan pihak kepolisian melakukan pemukulan terhadap mahasiswa.
Kabar terbaru, massa dari mahasiswa kembali mendatangi kantor DPRD Sumatera Utara untuk melakukan aksi damai. Mahasiswa ingin bertemu dengan petinggi kepolisian setempat untuk mempertanggungjawabkan pemukulan beberapa waktu lalu. Aksi ditanggapi dengan janji rapat pertemuan antara pihak DPRD dengan Kapolda, Kapolrestabes, dan PWI untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Mimbar bebas dibuka untuk umum dan diisi agenda ngopi, orasi, serta pembacaan puisi. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) KPI, Zamzam (21) mengatakan, “Atas kejadian di Medan, kami mengadakan aksi solidaritas karena mahasiswa yang melakukan demo di Medan mendapat tindakan represif oleh pihak kepolisian saat berunjuk rasa,” katanya. Salah seorang partisipan jurusan Sejarah Perasaban Islam (SPI), Ridwan (20) mengungkapkan kesannya terhadap kegiatan tersbebut. “Saya sangat terkesan dengan kegiatan ini, karena pada zaman milenial masih ada yang peduli terhadap HAM dan bersolidaritas terhadap yang lain,” pungkasnya.