JURNALPOSMEDIA.COM – Bagi Mahasiswa UIN Bandung, mencari makanan enak, murah, dan mengenyangkan bukanlah hal yang sulit, lho. Di kawasan Kampus I UIN Bandung, tepatnya di area kantin yang dikenal dengan sebutan Lampu Pecah (LP), terdapat sebuah warung sederhana yang selalu ramai pembeli, yakni Pangyam Mang Elang.
Warung ini digagas oleh Zaelani, yang akrab disapa Mang Elang. Ia mulai berdagang sejak tahun 1992, berawal dari mendorong gerobak mie ayam keliling kampus. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pelanggan dari kalangan mahasiswa, ia menjual menu baru yang kini justru lebih popular, yaitu pangyam.
Lalu, apa sih bedanya mie ayam dan pangyam? Kalau mie ayam biasanya hanya berisi mie, potongan ayam, dan sayuran dengan kuah khas, pangyam adalah versi lebih upgrade-nya. Makanan ini berbahan dasar mie, ayam, dan kulit pangsit goreng, ditambah topping kekinian seperti ceker, dimsum, keju, dan bakso. Rasanya pun makin beragam dan cocok dengan selera mahasiswa zaman sekarang.
“Awalnya saya jualan mie ayam saja. Tapi mahasiswa sekarang ‘kan seleranya banyak, jadi saya tambahkan menu pangyam. Ternyata lebih banyak peminatnya, jadi saya kreasikan dengan topping lainnya,” kata Mang Elang saat diwawancarai, Rabu (21/5/2025).
Salah satu menu andalan dan paling diburu pelanggan adalah Pangyam Komplit. Dengan harga Rp15.000, mahasiswa sudah bisa menikmati semangkuk pangyam lengkap dengan ceker, keju, dimsum, dan bakso. Porsinya pun tak tanggung-tanggung, sehingga cocok untuk mahasiswa yang ingin makan kenyang dengan budget terbatas.
“Kalau porsinya kecil, kasihan mahasiswa. Uang jajan mereka kan terbatas. Jadi saya buat yang banyak tapi tetap murah. Saya juga senang karena mereka puas,” ujar Mang Elang. Ia bilang, prinsip usahanya sederhana, yaitu saling menguntungkan antara penjual dan pembeli.
Menariknya lagi, Mang Elang bisa menghabiskan sekitar 80-100 mangkuk pangyam per hari, lho. Hal itu jadi bukti bahwa warungnya memang digemari banyak mahasiswa.
Selama lebih dari tiga dekade berjualan, Mang Elang konsisten menjaga cita rasa makanannya. Ia juga menjamin bahwa warung dan semua bahan yang digunakan sudah bersertifikat halal, termasuk saus racikan khas yang menjadi pembeda pangyamnya dengan yang lain.
Bukan hanya rasa dan porsi yang menjadi nilai lebih, warung ini juga dikenal karena kepedulian Mang Elang terhadap pelanggannya, terutama mahasiswa perantau yang sedang kesulitan.
Yustika Siddiqiatul Kamilah, mahasiswa Jurnalistik semester dua, adalah salah satu pelanggan setia Pangyam Mang Elang. Menurutnya, warung tersebut menjadi tempat makan favorit karena memenuhi semua kebutuhan mahasiswa, seperti murah, enak, dan mengenyangkan.
“Pangyam Mang Elang tuh dari segi rasanya sudah terjamin enak, apalagi porsi nya yang banyak banget. Dengan harga 10 ribu worth it banget sih, apalagi mahasiswa yang keuangan nya terbatas. Kadang saya sama teman-teman juga nongkrong di sana, suasananya hangat, pelayanannya ramah, dan selalu dengerin request pembeli,” ungkapnya.
Meski usahanya sederhana, Mang Elang menyimpan harapan besar untuk warungnya. Ia berharap suatu saat bisa membuka banyak cabang. Tapi untuk sekarang, target utamanya adalah mendirikan cabang di Kampus II UIN Bandung.
Yustika pun berharap warung pangyam Mang Elang semakin dikenal, tidak hanya disekitar kampus UIN Bandung saja, tapi juga dimana-mana, tanpa merubah rasa, harga, dan kualitasnya.
Warung Pangyam Mang Elang bukan sekadar tempat makan biasa. Ia hadir sebagai tempat yang memahami mahasiswa, bukan hanya dari kebutuhan perut, tapi juga dari sisi emosional. Dengan harga terjangkau, rasa lezat, dan suasana kekeluargaan, warung ini telah menjadi bagian dari cerita kehidupan kampus mahasiswa UIN Bandung.
Bagi yang ingin mencicipi pangyam dengan rasa khas dan porsi memuaskan, warung Mang Elang bisa ditemui di area Lampu Pecah Kampus I UIN Bandung. Datanglah lebih awal agar tidak kehabisan, karena warung ini selalu ramai oleh mahasiswa yang lapar dengan uang pas-pasan