Masjid Iqomah UIN Bandung yang di dirikan tahun 1968 ini merupakan masjid digunakan oleh mahasiswa UIN Bandung untuk melakukan berbagai kegiatan keagamaan. Namun sayang fasilitas yang terserdia di masjid ini belum memadai. Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Iqomah, Bahrudin angkat bicara terkait hal tersebut.
Menurutnya rencana pembangunan ini sudah di rencanakan sejak terpilihnya rektor tahun 2014. Namun hingga saat ini belum dapat terealisasikan. Kendalanya yaitu kurangnya subsidi dari Pemerintah Kota Bandung.
“Kalau rencana pembangunan kita kan di bawah rektor, ini sudah kita rencanakan dari tahun 2014. Tapi nyatanya belum dapat terealisasikan. Kendalanya tidak adanya subsidi dari pemerintah jadi hanya mengandalkan dari dosen, karyawan, dan mahasiswa. Sedangkan kekuatan elemen kampus ini kan terbatas jadi tidak bisa. Paling juga nanti CSR (corporate social responsibility) dari bank (ternyata) itupun juga masih tersenda. Kalau rencana, kita mau bangun sampai 3 tingkat,” ujar Bahrudin.
Dengan masuknya masa pemilihan rektor baru, Bahrudin berharap rektor baru kelak akan berkontribusi untuk membangun sarana dan prasarana. Sejak tahun 1968 masjid ini baru mengalami renovasi sekali yaitu pada zaman Gubernur Rahmat Djatnika.
“ (Iya) masijd ini baru mengalami renovasi sekali sejak berdiri. Iitu terjadi ketika gubernur dipimpin oleh Rahmat Djatnika. Pada saat itu kami mendapatkan sumbangan dari pemerintah,” sambung Bahrudin.
Untuk agenda agenda masjid seperti kajian,kultum,lomba-lomba. Lembaga maupun institusi mampu untuk membiayai agenda tersebut. Tetapi jika untuk fasilitas yang di gunakan seperti kipas, sarung, mukena dan Al- Quran masjid diperoleh melalui sumbangan mahasiswa.
Karena masjid ini adalah milik bersama, Bahrudin berpesan kepada mahasiswa untuk menjaga masjid ini dengan baik. Kebanyakan mukena di masjid ini kotor karena tidak adanya petugas kebersihan perempuan. Oleh karena itu mahasiswi harus lebih menjaga fasilitas yang di sediakan oleh Al-Jami’ ah.
“Masjid Iqomah ini adalah milik bersama, jagalah dengan baik, jangan sampe ada yang rusak, kalau ada mukena yang kotor bisa di laundry, karena di masjid ini tidak ada petugas kebersihan di tempat perempuan, jadi mahasiswi harus bisa menjaga fasilitas yang tersedia, sebenernya saya suda mengajukan petugas perempuan di masjid ini tapi belum ada” katanya.
Sedikitnya petugas yang tersedia pun, menjadi salah satu faktor banyaknya barang mahasiswa yang lupa menyimpan atau ketinggalan bahka sering hilang. Pihak DKM sendiri telah menyediakan tempat penitipan barang di daerah masjid untuk mencegah terjadinya hilang barang.
“Kemarin ada komunitas maharib dari psikologi punya renca bagus untuk mengadakan program bersih bersih masjid, mereka merencakan dilakukan tanggal 11 agustus nanti, tentu ini adalah hal positif untuk memajukan masjid, perlu banyak komunitas seperti ini di kampus, “ tutup Bahrudin.