BUKAN pertarungan antar bangsa yang dialami Indonesia ku ini, perang dingin antara bangsa dengan mental anak bangsa lah yang membuat Indonesia terpuruk diambang kehancuran. Bobroknya perilaku anak bangsa saat ini sudah sangat memprihatinkan. Bukan lagi prestasi yang di bangga-banggakan, melainkan eksistensi diri dalam hal negatif.
Masalah datang silih berganti baik dalam aspek ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan lain-lain. Hal ini menandakan peran aktif dari remaja dan pemuda Indonesia yang masih belum optimal dalam melaksanakan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa. Disamping itu, kemerosotan atau krisis akhlak dan moral sangat memengaruhi remaja Indonesia sekarang.
Generasi bangsa Indonesia telah mengalami krisis mental, bahkan bisa dikatakan mengalami kemunduran dalam sikap dan moral dari tahun ke tahun. Padahal Indonesia sudah lama menerapkan program revolusi mental, dengan harapan mengubah mentalitas masyarakat ke arah yang lebih baik.
Telah kita ketahui bersama, dua tahun silam terdengar slogan dari Presiden RI kita saat ini Joko Widodo, yaitu Revolusi Mental. Namun sudah dua tahun berlalu beliau menjabat, tidak ada tanda revolusi mental pada anak bangsa. Bukan hanya anak bangsa, melainkan para birokrat yang harusnya menjadi panutan pun mengalami krisis mental. Banyaknya birokrat yang tidak disiplin waktu maupun absen saat rapat-rapat penting.
Mau dibawa kemana Indonesia ku ini? Banyaknya anak remaja yang memposting foto-foto tak senonoh di media sosial, pelajar yang tak memiliki sikap sopan santun terhadap pendidiknya, pemerkosaan anak dibawah umur dengan sangat keji dan biadab, narkoba merajalela. Satu persatu masyarakat Indonesia masuk jeruji besi, meninggalkan keluarga, pendidikan dan masa depannya. Hancurnya mental bangsa bisa dilihat dari banyaknya kriminalitas yang terjadi. Pada tahun 2013 saja misalnya, dalam 1 menit 32 detik terjadi satu tindak kriminal.
Banyak pandangan memberikan penilaian mengapa angka kriminalitas terus meningkat, meskipun institusi yang diberi kewenangan untuk menindak kriminalitas terus bekerja melakukan penegakan hukum. Pertarungan sebenarnya bukanlah pertarungan yang memiliki lawan, melainkan pertarungan dengan diri sendiri.