JURNALPOSMEDIA.COM – Tidak sedikit orang yang begitu mempercayai ramalan kepribadian berdasarkan golongan darah. Ramalan orang dengan golongan darah B, misalnya. Mereka diasumsikan memiliki karakteristik optimis, selalu memiliki ide kreatif, berbicara apa adanya dan cenderung open minded. Namun, apakah secara ilmiah hal tersebut dapat dibenarkan?
Fenomena itu terjadi pada 1916, berawal dari seorang dokter di Jepang bernama Kimata Hara. Ia menulis makalah tentang kaitan antara golongan darah dengan kepribadian seseorang. Selanjutnya pada 1927, peneliti Takeji Furukawa mempublikasikan risetnya “The Study of Temperament Through Blood Type” mengenai kepribadian yang mencerminkan jenis golongan darahnya. Meskipun, data yang ditunjukkan pada penelitian Takeji tidak masuk akal secara ilmiah.
Hasil penelitian tersebut menjadi terkenal di Jepang. Bahkan, diadopsi oleh militer Jepang untuk memilih dan mengembangkan prajurit yang proporsional berdasarkan golongan darahnya. Kendati demikian, tren itu sempat memudar di tahun 1930-an karena kurangnya bukti ilmiah yang memperkuat bahwa golongan darah memiliki hubungan dengan kepribadian.
Pada 1970, tren itu kembali dipopulerkan oleh jurnalis Masahiko Nomi dan berkembang hingga sekarang. Terlebih, banyak bermunculan buku yang membahas ramalan karakter seseorang berdasarkan jenis darah miliknya. Konsep kepercayaan tersebut akhirnya menjadi kualifikasi berbagai elemen kehidupan di Jepang. Mulai dari pekerjaan, percintaan, jenis diet bahkan pemilihan pakaian berdasarkan golongan darah. Kategorisasi berdasarkan golongan darah itu dikenal dengan istilah ketsueki-gata.
Dampak yang ditimbulkan juga tidak main-main, dalam percintaan misalnya. Kedua insan saling bertukar golongan darah untuk melihat karakteristik dari calon pasangan hidupnya. Tidak jarang perusahaan di Jepang juga menanyakan golongan darah calon karyawannya pada saat wawancara. Mereka meyakini hal itu untuk menempatkan pekerja dalam divisi yang sesuai.
Di balik keunikannya, muncul dampak negatif berupa “Blood Type Harrasement” atau disebut dengan istilah Bura Hara. Yakni, bentuk diskriminasi karena golongan darah seseorang. Hal itu terjadi pada pemilik golongan darah AB yang merupakan kelompok minoritas dan tercatat hanya ada 10% di Jepang. Bentuk diskriminasi tersebut berupa intimidasi, bullying hingga minimnya kesempatan berkarir dan kandasnya hubungan asmara.
“Sisi gelap” dari kepercayaan golongan darah di Jepang juga diulas oleh Justin Mccury dalam artikelnya yang berjudul Typecast – Japan’s Obsession with Blood Groups di laman The Guardian. Lebih lanjut, sebuah penelitian berjudul “ABO Blood Type and Personality Traits in Healthy Japanese Subjects” menyimpulkan sebuah teori tentang adanya kaitan golongan darah dengan kepribadian.
Fenomena itu disimpulkan sebagai sains semu (pseudosains). Artinya, menyatakan teori tanpa melalui metode ilmiah dan penjelasan yang masuk akal atau cenderung berupa dogma. Meski begitu, peneliti menyebutkan bahwa upaya lanjutan dari golongan darah A,B, AB, dan O dapat digunakan untuk menilai risiko penyakit di masa depan.