JURNALPOSMEDIA.COM – “Aku dimarahin pasien karena menolak pasien masuk IGD, karena oksigen memang habis terpakai semua. Terus aku juga mandi keringet karena pake APD yang super panas dan berlapis-lapis,” cerita Futri Sri Nurlela, salah satu dokter muda yang jadi garda depan penanganan Covid-19.
Wanita muda berusia 25 tahun ini merupakan fresh graduate dari Fakultas Kedokteran UNISBA. Ia tidak pernah menyangka akan jadi salah satu ujung tombak dalam penanganan kasus Covid-19 di Indonesia. Profesi yang baru ia jalani itu menghamparkan risiko, yang suka tidak suka, harus ditelannya.
“Luar biasa, karena kan langsung berhadapan sama virusnya, ya. (Jadi) mau gak mau harus siap terpapar,” tuturnya, Kamis (20/10/2021).
Kendati begitu, ia tidak lantas lengah. Futri secara rutin menerapkan pola hidup sehat. Mulai dari makan dengan teratur, memperbanyak minum air putih, mengonsumsi vitamin, berolahraga, dan tentu saja memperketat protokol kesehatan.
Kasus yang sering terjadi selama menangani pasien terpapar Covid-19 adalah saat nafas pasien memiliki saturasi yang rendah, “Semua pasien yang gawat harus segera ditangani. Apalagi pasien Covid-19, jika saturasinya rendah, maka butuh oksigen. Karena inilah stok oksigen sangat dibutuhkan,” ucapnya.
Sebagai seorang dokter, waktu adalah soal menyelamatkan nyawa orang-orang yang berjuang untuk hidup, terlebih saat masa pandemi. “Jadi dokter itu tidak mengenal waktu, harus terus meng-update ilmu kedokteran, gaji yang tidak jelas, dan khusus di masa pandemi ini, bisa saja menularkan virus pada orang rumah,” ucapnya.
Meski pada awalnya profesi ini adalah kehendak dari orang tuanya, namun ia sadar bahwa apa yang sedang dikerjakannya saat ini begitu berarti, baik bagi orang lain, atau bagi dirinya sendiri.
Baginya, menjadi dokter muda di tengah pandemi bukanlah hal yang mudah. Ia harus melawan egonya untuk bekerja lebih keras lagi dan rela berkorban lebih banyak lagi. Walaupun begitu, Futri berharap ia bisa membantu meringankan keluhan para pasien.