JURNALPOSMEDIA.COM – Dena Resti, mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB) kelahiran Sukabumi 22 Maret 2005, berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Ia lolos seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak hanya satu, tetapi empat universitas sekaligus. Dengan usahanya Dena masuk ke Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, dan Universitas Airlangga.
Dena memulai pendidikan di SDN Cimonteng, lalu melanjutkan ke SMPN 1 Gegerbitung, dan menuntaskan SMA di SMAN 4 Kota Sukabumi. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, meskipun ia anak terakhir tetapi ia mempunyai rasa semangat yang membara.
Dena mengungkapkan, dukungan keluarga menjadi fondasi utama dalam semua prosesnya. Meskipun kondisi ekonominya terbatas, namun kedua orang tua tidak pernah membatasi mimpinya.
“Waktu aku lolos di ITB, ayahku sampai harus menjual motor untuk tambahan bekal di perantauan. Ibuku juga memulai bekerja kembali agar ada tambahan buat kebutuhan kuliah,” ujarnya saat diwawancarai, Minggu (8/6/2025).
Meskipun sempat ditolak Jurusan Kedokteran, namun ia sadar bahwa minatnya masih bisa tersalurkan di Jurusan Teknik Pangan Institut Teknologi Bandung. Karena isu gizi, stunting, dan ketahanan pangan juga sangat penting dan cukup relevan dengan impiannya.
Dena mengungkapkan, keberhasilan tersebut bukan terletak pada belajar terus menerus tanpa istirahat, melainkan pada konsistensi dan efektivitas dalam belajar. Keberhasilan itu ia raih melalui proses panjang, terutama setelah memutuskan untuk mengambil gap year.
“Selama masa jeda itu, aku benar-benar evaluasi dan bangun strategi belajar yang lebih terarah. Aku bikin target mingguan, rajin ngerjain soal-soal tahun sebelumnya, dan belajar dari kesalahan,” ungkapnya.
Ia juga berhasil meraih beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) dan Sharing The Dream SCG. Sebuah pencapaian yang tak hanya didasarkan pada nilai akademik. Ia diminta membuat esai dan melakukan wawancara untuk menunjukan karakter dan kontribusi sosialnya.
“Pengalaman jadi Duta Literasi, ikut organisasi, dan aktif di komunitas itu ternyata sangat berpengaruh dari segi cara menyampaikan gagasanku. Mereka ingin tahu siapa aku, apa visiku, dan bagaimana aku bisa berkontribusi. Dan aku rasa cerita perjuangan dan nilai hidup yang aku pegang juga jadi pertimbangan penting,” ucapnya.
Dena mengatakan metode belajar yang digunakan adalah dengan sistem blok waktu satu hari fokus ke satu mata pelajaran saja. Ia juga gemar membuat catatan visual yang menarik untuk dibaca.
Salah satu cara belajarnya dengan menjelaskan ulang materi kepada teman atau membuat ringkasan seolah-olah sedang mengajar. Cara itu cukup membuat ia lebih mudah dan ingat materi.
Dena juga pernah terpilih sebagai Duta Literasi saat SMA. Berawal dari kebiasaannya membaca di perpustakaan, ia mengikuti seleksi dan membawa program Smanpat Menulis lewat Quora. Selama menjalani peran itu, ia aktif mengikuti tantangan literasi se-Jawa Barat, dan menerbitkan antologi bersama tim sekolah.
Perjalanan akademik Dena Resti tidak selalu mulus. Ia pernah merasa ingin menyerah. Salah satu faktornya adalah saat awal kuliah ia harus beradaptasi di lingkungan baru dengan kondisi keluarga dalam tekanan ekonomi. Namun ia kembali ingat tujuan awalnya, mimpi yang ingin diwujudkan, dan alasan kenapa ia berjuang sejauh ini.
“Jangan takut bermimpi besar, meskipun kamu berasal dari latar belakang sederhana. Dan yang penting tahu alasan kamu mau lanjut kuliah, supaya semangat itu tidak padam di tengah jalan,” pungkasnya.
Dena kini melangkah pasti di kampus bergengsi. Setiap tantangan ia ubah menjadi pijakan, setiap kegagalan ia ubah menjadi pelajaran. Kisahnya bukan sekadar perjalanan menuju perguruan tinggi, melainkan nenemukan jati diri lewat tekad.