JURNALPOSMEDIA.COM – Banjir dan longsor yang melanda Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada Senin, 27 Oktober 2025 lalu, seharusnya tidak lagi dianggap sebagai kejadian tahunan yang wajar. Peristiwa tersebut mengingatkan bahwa persoalan lingkungan di wilayah rawan bencana masih belum ditangani dengan serius. Setiap hujan deras turun, rasa cemas muncul kembali karena warga tahu bahwa kemungkinan banjir selalu ada dan bisa datang kapan saja.
Delapan desa di Kecamatan Cisolok tercatat terdampak banjir dan longsor ini. Wilayah tersebut mencakup desa Cikahuripan, Cisolok, Karangpapak, Wangunsari, Sukarame, Cikelat, Gunungtanjung, dan Cicadas. Lebih dari 1.088 kepala keluarga atau kurang lebih 3.356 jiwa turut merasakan dampaknya. Angka tersebut menunjukkan bagaimana satu kejadian lingkungan bisa memengaruhi ribuan orang dalam waktu singkat.
Selama ini banjir sering dikaitkan dengan faktor alam. Namun kenyataannya, kondisi yang terjadi hari ini tidak bisa semata-mata disalahkan pada cuaca. Sungai yang dulu mengalir dengan bersih kini dipenuhi sampah. Lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan air berubah menjadi area permukiman atau kegiatan manusia lainnya. Infrastruktur yang dibangun untuk melindungi masyarakat pun tidak mendapatkan pemeliharaan rutin sehingga perlahan kehilangan fungsinya.
Secara geografis, Kecamatan Cisolok memang berada pada area yang memiliki curah hujan tinggi dan kontur tanah yang rentan longsor. Namun justru karena kondisi tersebut, upaya mitigasi seharusnya dilakukan jauh lebih matang. Alam memiliki ritme yang dapat diprediksi, tetapi ketika lingkungan dibiarkan rusak, risikonya semakin sulit dikendalikan.
Setiap terjadi banjir, langkah penanganan darurat selalu muncul lebih dulu. Bantuan logistik, evakuasi, dan pembersihan wilayah terdampak menjadi agenda rutin. Masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa ketika air mulai surut, seolah semuanya telah selesai. Namun penanganan jangka pendek saja tidak cukup untuk menghentikan siklus ini.
Upaya pencegahan jangka panjang perlu diperkuat. Normalisasi aliran sungai, perawatan tanggul, edukasi lingkungan, serta pembentukan sistem peringatan dini berbasis warga harus mulai diterapkan secara berkelanjutan, bukan hanya setelah bencana datang.
Peristiwa banjir dan longsor di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi seharusnya menjadi pembelajaran bersama. Lingkungan yang terus dieksploitasi tanpa perhitungan pada akhirnya akan memberi konsekuensi. Pengelolaan ruang, kebijakan pembangunan, dan perubahan perilaku masyarakat semuanya memiliki peran penting dalam mengurangi risiko bencana.
Pada akhirnya, bencana tidak boleh dianggap sebagai hal yang wajar atau tak terelakkan. Jika mitigasi benar-benar dijalankan dan lingkungan dijaga dengan baik, wilayah rawan seperti Cisolok bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang dan tetap layak dihuni.















