JURNALPOSMEDIA.COM- Maraknya kasus pengeboman oleh teroris yang beridentitas umat Muslim di Indonesia mengakibatkan kerugian bagi sejumlah pihak. Pasalnya, bukan hanya kerugian rasa cemas yang ditimbulkan oleh masyarakat, namun saat ini pengguna cadar bagi perempuan umat Islam juga selalu dikaitkan sebagai seorang teroris.
Atas stigma tersebut, membuat berbagai kelompok ikut merasa terancam. Seperti yang diungkapkan salah seorang mahasiswi Pariwisata, Tina Agustin (18), yang dikenal sebagai aktivis wanita muslim yang juga mengenakan cadar sebagai identitas sehari-harinya.
Tina Agustin beranggapan bahwa kasus tersebut tidak ada kaitannya dengan masyarakat beragama Islam, ia yakin aksi yang terjadi seolah menjadikan umat Islam sebagai dalangnya. Persamaan identitas kini menyamarkan pandangan masyarakat untuk tidak bertindak impulsif atau main hakim sendiri. Pengalaman diskriminasi pun semakin menjadi setelah berkembangnya isu pengeboman oleh teroris.
“Bahkan aku sering diteriaki teroris ketika sedang jalan saat menelusuri Kota Bandung sambil dilempari botol. Tak hanya itu, saat mengikuti SBMPTN di salah satu Universitas Negeri ternama tiba-tiba pengawas menyuruh untuk membuka cadar di depan peserta yang lain. ” ujarnya saat diwawancarai, Sabtu (9/6/2018).
Ia melanjutkan, karena identitasnya dikaitkan dengan adanya para teroris yang mengatas namakan dirinya Islam. Tindakan diskriminasi tersebut dilakukan oleh dari masyarakat tidak bertanggung jawab.
Menurut Tina, seharusnya, masyarakat dapat menyadari bahwa teroris tidak dapat dikaitkan dengan agama apapun, khususnya Islam. Agama Islam tidak pernah mengajarkan untuk membunuh dirinya bersama orang lain yang tak bersalah justru mereka mendapat laknat dari Tuhannya.
“Karena sekarang fitnah sudah dimana-mana, entah apa salahnya Islam sampai kita semua dijadikan kambing hitam untuk diadu domba. Tetap semangat dalam keimanan dan ketaqwaan. InsyaAllah kebenaran akan selalu Allah turunkan,” tambah Tina.
Tentu perkembangan isu menjadi kewaspadaan tersendiri bagi masyarakat umum, tidak berarti harus menangkap umpan yang dibawa bagi para pelaku adu domba terhadap masyarakat Islam. Semoga masyarakat Indonesia lebih sadar serta kritis dalam mengambil pelajaran dari kasus yang ada.