Tue, 23 April 2024

The Historich, Peninggalan Kolonial di Kota Tentara

Reporter: Rais Maulana Ihsan | Redaktur: Nazmi Syahida | Dibaca 538 kali

Mon, 17 June 2019
Tampak depan Gedung The Historica, Sabtu (15/6/2019). (Rais Maulana Ihsan/Jurnalposmedia)

JURNALPOSMEDIA.COM-Berkunjung ke Kota Bandung, tepatnya Cimahi, akan menjumpai bangunan-bangunan peninggalan militer Belanda. Disana terdapat seperti markas militer, rumah sakit, barak, stasiun kereta api, dan lainnya. Namun, ada satu bangunan yang menarik perhatian setiap orang yang melewatinya, yaitu di Jl. Gatot Subroto No. 19, Baros, Cimahi Tengah, sebelah timur stasiun Cimahi. Gedung tersebut terpampang jelas di depannya bertuliskan The Historich.

Cimahi merupakan sebuah kota yang terletak di sebelah barat Kota Bandung. Sebanyak 60% wilayahnya digunakan oleh tentara, maka dari itulah Cimahi mendapat julukan “Kota Tentara” atau “Kota Hijau”. Sesuai dengan warna seragam yang dipakai tentara khususnya Angkatan Darat (TNI-AD).

Pada mulanya, kota ini dijadikan pusat kemiliteran setelah pasukan Belanda yang dikonsentrasikan di Batavia kocar-kacir. Ketika Armada pasukan Inggris dibawah pimpinan Lord Minto menyerbu Batavia (4 Agustus 1811) tanpa mengalami perlawanan yang berarti. Dari pengalaman tersebut, para pembesar Belanda merencanakan suatu pangkalan militer yang letaknya di daerah agak kepedalaman. Tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan di Batavia, dan dipilihlah Cimahi pada tahun 1896 sebagai pusat Militer Belanda.

Bergaya arsitektur Indische Empire Stijl, gedung yang dibangun pada tahun 1886 ini memiliki ciri bangunan bergaya Yunani dan Romawi kuno. Memiliki kolom dan tiang-tiang besar di depannya yang disebut dengan ionix. Gaya arsitektur seperti itu tidak jauh dari pengaruh Gubernur Jederal Herman Willem Daendels yang bangga dengan kemegahan dan kemewahan. Berdiri di atas lahan seluas 3.700 m persegi, dengan luas sekitar 870 m2,  yang terdiri dari satu main hall dan dua sayap. Selain itu, sayap timur “east wing” dan sayap barat “west eing”.

“Jadi, gaya arsitektur warisan Daendels. Daendels itu kan bangga betul dengan kemewahan dan kemegahan. Maka, ia meminta bangunan-bangunan itu dibangun bergaya Yunani dan Romawi,” ujar penggiat sejarah Kota Cimahi sekaligus pendiri komunitas Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok saat ditemui di Jl. Sekelimus Utara, Kota Bandung (15/06/2019)

Lanjut Machmud mengungkapkan, sebelum bernama The Historich, gedung tersebut sempat dua kali berganti nama. Awalnya bernama “Societeit voor Officieren” yang digunakan sebagai tempat hiburan para bangsawan. Lalu, tentara Belanda yang lelah dalam menjalani pertempuran maupun latihan. Kegiatan seperti pesta, minum-minum, dansa, main billiard, pertunjukan pentas seni, dan pertemuan lainnya dilakukan disana.

Obrolan singkat dengan Machmud masih berlanjut, ia bercerita setelah berakhirnya era kolonialisme di Indonesia, pemerintah Republik Indonesia pada saat itu melalui Tentara Nasional Indonesia mengambil alih gedung dan mengganti namanya menjadi Balai Pradjoerit Soedirman atau lebih dekenal dengan “Gedung Sudirman”. Sejak saat itu fungsinya berubah menjadi balai pertemuan umum, lokasi shooting film, bahkan pernah dijadikan tempat latihan bulu tangkis.

Dibawah kepemilikan dan pengelolaan Ajendam III Siliwangi TNI AD, sekitar tahun 2001-2005 gedung ini disewakan dan beralih fungsi menjadi kantor DPRD Cimahi. Lalu akhirnya, dikosongkan kembali setelah kantor DPRD Cimahi pindah ke tempat yang baru. Gedung ini pun kosong dengan kondisi yang tidak terawat selama bertahun tahun. Kondisinya sangat memprihatinkan, banyak ornamen dan perabotan asli yang hilang. Adanya pengurangan atau penambahan bagian bangunan sehingga menjadi tidak serupa dengan arsitektur aslinya.

Pada tahun 2012 seorang pengusaha factory outlet, Pery Tristianto menyewa gedung tersebut dan mengubah namanya menjadi The Historich yang terdiri dari dua kata yaitu history (sejarah) dan rich (kaya) sehingga memiliki makna kaya akan sejarah.

“Saat disewa Pery, dinding gedung dicat, terus lantai panggung didalam gedung asalnya pake kayu dicor terus diganti keramik. Jadi perubahan gedung belum ada, hanya diperbaiki”, tutur penjaga gedung The Historich sejak 1996, Ujang.

Kini, gedung tersebut digunakan untuk ajang pernikahan, pertemuan, pameran Unit Kegiatan Mahasiswa, seminar, dan lainnya.

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments