Mon, 31 March 2025

Aku Mati

Reporter: Reta Amaliyah Shafitri | Redaktur: | Dibaca 592 kali

Tue, 21 May 2019
Ilsutrasi: Abdul Latief/Jurnalposmedia

Pada sebuah ceruk tak berongga, sebujur putih menggelebah

Merapal entah-berentah yang tiada kuasa menolong, terkokol ditatap sang hitam bernetra biru

Dikiranya cemeti dewa tengah berselaras mencipta gelumat pekak di tawang sana

Rupanya hanya sekawanan kunang-kunang berdian menggantikan gurat jingga yang telah melesap

Namun si kecil dan jagatnya itu teramat bisu, lengang

Tuan-tuan jangan beringas, apa sebab tak kusuguhi barang selinting kepala api jadi begini?

Damailah, nanti orang-orang dengar dan aku bera; aku ini seorang ningrat

Sakit… lecutan senawat Tuan melebamkan kesucianku, tapi persetan katamu

Lihat! Beraian tanah jadi luruh menimpaku, ia lancang menembus deretan pintuku tanpa ketuk

Hai kunang, kau tak dengar juga aku kesakitan?

Benar-benar alam paling nyenyat, padahal cuma sepetak

Gelegar suara dua utusan Tuhan ini terlampau menghunus indra runguku

Tapi hiruk di atas lubangku masa bodoh, sungguh masa bodoh

Lalu dibiarkannya aku terbaring seorang diri, bersedekap bersama senyap

Bagikan :
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Terlama
Terbaru Suara Banyak
Inline Feedbacks
View all comments