JURNALPOSMEDIA.COM – Wajah kebersihan Masjid Kampus I UIN Bandung menampilkan potret yang kontras. Di satu sisi, area umum dan fasilitas untuk pria dinilai relatif terjaga, namun di sisi lain, keluhan serius justru muncul dari fasilitas khusus perempuan yang kondisinya dianggap mengkhawatirkan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada Selasa, 7 Oktober 2025, ditemukan perbedaan signifikan dalam pengalaman mahasiswa terkait kebersihan dan kelayakan fasilitas masjid. Seorang mahasiswa, Adi Maulana menilai, kondisi kebersihan secara umum masih tergolong aman.
“Sejauh ini menurut saya cukup aman (bersih),” ujar Adi saat diwawancarai oleh Jurnalposmedia pada selasa (7/10/2025). Meskipun demikian, ia menyoroti kondisi di area batas suci yang terkadang kotor, sehingga menimbulkan kekhawatiran dapat membatalkan wudu. Selain itu, ia juga melaporkan kendala teknis seperti air di toilet pria yang terkadang habis atau tidak mengalir dan kerusakan fisik pada salah satu kaca masjid.
Menariknya, keluhan mengenai kebersihan di area batas suci menjadi titik temu antara kesaksian Adi dan Aiska, mengindikasikan bahwa ini adalah masalah umum yang dirasakan oleh para jamaah.
Kondisi yang jauh berbeda diungkapkan oleh mahasiswi, Aiska Rosyada. Ia secara spesifik mengeluhkan kebersihan di area toilet perempuan yang menurutnya sangat kurang terawat.
“Terutama di toilet perempuan. Seringkali kondisinya kotor seperti jarang dipel,” kata Aiska. Ia merinci lebih lanjut temuannya, mulai dari tempat sampah yang sering menumpuk, cermin yang dilepas, hingga adanya kotoran kucing yang tidak dibersihkan.
“Saya pernah dua kali melihat ada kotoran kucing di dalam area toilet yang tidak dibersihkan,” ungkapnya kepada Jurnalposmedia pada Selasa (7/10/2025).
Keluhan Aiska tidak berhenti di situ. Ia juga menyoroti kondisi mukena yang disediakan, yang ia temukan dalam keadaan sobek dan menimbulkan bau tidak sedap. “Bahkan terkadang masih ada jarum pentul yang tertinggal di mukena, itu kan bisa berbahaya,” tambahnya. Masalah pemborosan air juga menjadi perhatiannya, di mana ia menemukan keran di tempat wudhu perempuan yang tidak bisa dimatikan dengan benar.
Aiska menilai kondisi ini sebagai ironi, mengingat kebersihan merupakan bagian penting dari ajaran agama, terkesan kurang diimplementasikan oleh para pengguna masjid. Ia juga mengaku bingung mengenai jalur resmi yang dapat digunakan untuk menyampaikan keluhan.
“Saya dan mungkin teman-teman yang lain juga bingung harus menyampaikan kritik atau keluhan ini ke mana, meskipun kami merasa sangat terganggu,” pungkasnya.