JURNALPOSMEDIA.COM – Di meja lapak Frukost, puluhan bungkus nasi dan berbagai menu lainnya berjejer menunggu pembeli. Setiap pagi, orang datang memilih menu favorit lalu melanjutkan hari. Tanpa banyak basa-basi, lapak ini menawarkan sarapan cepat dengan rasa yang menggugah. Frukost, lapak yang dibangun dari satu tekad dan semangat anak muda.
Pendiri Frukost, Bunga mengungkapkan ide mendirikan lapak sarapan dengan konsep “serba sepuluh ribu” hadir ketika ia memberanikan diri untuk keluar dari pekerjaan sebelumnya, dan menggunakan sisa gajinya sebagai modal awal. Selain itu, ia juga mengaku dengan tekad dan semangat yang dimilikinya, ia ingin membantu orang lain dengan cara membuka lowongan pekerjaan.
“Awal mulanya dari saya yang keluar dari pekerjaan karena gajinya terlalu lama saat itu. Jadi saya gunain gaji terakhir saya untuk buka usaha kecil. Selain itu, untuk membuka peluang pekerjaan untuk orang lain juga,” ucapnya saat diwawancarai Jurnalposmedia pada Rabu (13/8/2025).
Frukost memiliki dua cabang, yaitu di daerah Tanjung Sari dan Ujung Berung. Lapak ini mulai buka pada pukul 05.00-12.00 WIB. Frukost mengusung konsep sarapan praktis dengan harga serba Rp10 ribu, agar bisa dijangkau semua kalangan. Pemiliknya ingin siapa pun, mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga orang tua bisa menikmati sarapan tanpa khawatir soal biaya.
Di sisi lain, lapak ini juga menyediakan berbagai macam makanan yang cocok untuk mengisi perut di pagi hari. Meskipun begitu, Frukost juga memiliki beberapa menu andalan utama para pelanggan, seperti Ayam Richeese, Nasi Daun Jeruk, dan Ayam Penyet.
“Ada Ayam Richeese, juga ada Nasi Daun Jeruk sama Ayam Penyet. Kalau Nasi Daun Jeruk kayaknya banyak diminatin sama ibu-ibu atau sama teteh-teteh yang buat kerja gitu ya. Kalau ayam richeese lebih ke anak muda kayaknya karena rasanya sih biasanya. Karena kan anak muda suka yang pedes-pedes gitu ya,” ungkapnya.
Nama Frukost diambil dari bahasa Swedia yang berarti “sarapan”, sebab memang tujuan utamanya adalah menjadi lapak penjajak makanan di pagi hari. Di samping itu, Frukost juga tersedia untuk pesanan katering. Lapak ini biasa mendapatkan omzet kotor sekitar Rp14 juta.
“Kita ngambil dari bahasa Swedia yang artinya “sarapan” karena kan emang bukanya subuh sampai siang gitu. Terus kalo buat omzet hitungan penghasilan kotornya sih sekitaran 14 juta,” tuturnya.
Selanjutnya, Bunga juga mengungkapkan harapannya terhadap lapak Frukost ini. Ia berharap Frukost dapat menjadi lapak yang paling besar dan terkenal di Bandung Timur.
“Semoga Frukost menjadi lebih baik dan lebih besar lagi. Kedepannya juga pengen lah jadi lapak yang paling terkenal dengan konsep Rp10 ribu,” pungkasnya.
Sementara itu, seorang pembeli, Ihsan mengaku tertarik dengan konsep Rp10 ribu ini. Ia juga sudah mengantongi menu favoritnya di lapak Frukost.
“Ngeliat menunya banyak, terus murah sih karena semuanya serba sepuluh ribu. Kalau buat menu andalan Salad Buah sih karena sehat gitu,” ucapnya.
Frukost bukan sekadar lapak sarapan, melainkan cara sederhana untuk berbagi. Dengan konsep Rp10 ribu, menjadi bukti bahwa pagi yang hangat bisa dinikmati semua kalangan, tanpa mengorbankan rasa.
















