JURNALPOSMEDIA.COM- Produktif adalah hal baik dan penting, terutama bagi mahasiswa. Namun, produktif secara berlebihan juga bisa berdampak negatif bahkan berujung kematian. Keproduktivitasan yang berefek buruk disebut toxic productivity.
Banyak orang meninggal di Jepang akibat bekerja terlalu keras. Bahkan tak jarang terdengar berita orang mengakhiri hidupnya karena terlalu banyak bekerja. Semua itu merupakan awal gejala toxic productivity.
Apa itu toxic productivity? Menurut psikolog klinis dari Inggris, Julie Smith, toxic productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal.
Mahasiswa yang mengalami toxic productivity cenderung terobsesi dengan pekerjaan. Mereka akan terus bekerja tanpa henti, hidupnya selalu dipenuhi dengan kesibukan dan produktivitas, sekalipun ketika beristirahat.
Mereka akan merasa bersalah jika tidak bekerja sehingga mendorong produktivitas hingga melewati batas kesehatan fisik dan mental mereka.
Jika kalian mengalami ciri tersebut, pastikan untuk segera mengambil tindakan. Mengabaikan gejala-gejala ini dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Dilansir dari kumparan.com, berikut langkah yang bisa diambil jika mengalami toxic productivity.
1. Sadar jika kamu bukan robot
Kenali batas dirimu, jangan terlalu memaksakan diri. Tidak jarang mahasiswa memiliki kesibukan banyak ketika berada di dunia perkuliahan.
Ikut organisasi, kepanitiaan, magang, dan aktivitas yang banyak tidak dianjurkan dalam satu waktu. Manusia bukan robot yang bisa terus-menerus dapat melakukan aktivitas tanpa lelah.
2. Jangan FOMO
FOMO atau fear of missing out terjadi ketika seseorang merasa tertinggal dibandingkan orang lain. Memaksa diri menjadi seperti orang lain dan merasa diri tidak seproduktif sehingga kamu mengikuti banyak aktivitas tanpa tahu batasan dirimu akan menjadikanmu seorang yang toxic productivity.
3. Membuat skala prioritas
Buat rancangan prioritas. Fokus pada pekerjaan yang paling penting. Ini akan membantu untuk tidak terjebak dalam pekerjaan yang kurang penting.
Jika memungkinkan untuk dikerjakan besok, kerjakan besok. Dengan begitu, kamu bisa mengerjakan tugas yang paling penting tanpa harus merasa stres.
4. Bersosialisasi
Jangan lupakan pentingnya waktu untuk bersosialisasi serta berhubungan dengan teman-teman dan keluarga.
Menjadi produktif cenderung mengorbankan waktu untuk bersosialisasi, padahal hubungan sosial yang baik dan kuat merupakan aspek penting dari keseimbangan hidup yang sehat.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, penting untuk selalu mengingat bahwa produktivitas yang sehat bukan hanya tentang seberapa banyak pekerjaan yang bisa kita selesaikan.
Prioritaskan keseimbangan antara produktivitas dan diri sendiri, jangan terjebak dalam pola perilaku yang merusak kesejahteraan. Ingatlah bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan adalah hal yang paling berharga.
Dengan menjaga keseimbangan ini, kita akan lebih mampu mencapai produktivitas yang berkelanjutan dan kesejahteraan yang optimal.