JURNALPOSMEDIA.COM – Mencuatnya informasi adanya kebocoran database di UIN Bandung sontak membuat mahasiswa kalang kabut. Kabar tersebut diketahui pertama kali dalam postingan Twitter @collegemenfess pada Kamis pagi (7/1/2021).
Tak lama, Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Bandung (Dema-U) mengunggah informasi yang menyatakan bahwa kabar kebocoran data adalah valid. Serta menyertakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengamankan data pribadi mahasiswa.
Namun selang beberapa jam kemudian, pihak kampus merilis pernyataan resmi bahwa informasi yang tersebar luas mengenai kebocoran data adalah hoaks.
Adanya tumpang tindih mengenai dua informasi yang bertolak belakang tersebut, menumbuhkan asumsi dari mahasiswa UIN Bandung bahwa Dema-U tidak cukup hati-hati dalam menyebarluaskan informasi yang dapat memunculkan kepanikan.
Berangkat dari hal tersebut, Jurnalposmedia mencoba menelusuri bagaimana kronologi yang sebenarnya terjadi, serta latar belakang perbedaan pernyataan antara Dema-U dan pihak kampus.
Respons Stakeholders Kampus UIN Bandung
Jumat (8/1/2021) Ketua Dema-U, Malik Fajar Ramadhan bersedia diwawancarai terkait kejadian tersebut. Ia mengonfirmasi adanya perbedaan persepsi antara Dema-U dan pihak kampus saat itu.
“Apa yang kampus bilang hoaks (adalah) dalam rangka menyikapi adanya data yang bocor, makanya kampus bilang kabar itu hoaks. Namun Dema-U mengklarifikasi bahwa kita bilang valid karena kita sudah menghubungi orang yang terkait. Buktinya ada, mereka bilang ada beberapa kendala yang mereka dapatkan. Maka di Instagram diinformasikan (kabar yang beredar) valid dan dilakukan upaya pencegahan. Dari awal Dema-U pastikan untuk keamanan data mahasiswa UIN,” jelasnya.
Melalui keterangan Malik, pihak Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) tidak memungkiri bahwa upaya pembobolan memang benar adanya. Tetapi surat yang dikeluarkan merupakan respons dari informasi bahwa data mahasiswa alami kebocoran.
Ketika Jurnalposmedia mengonfirmasi kepada pihak Humas UIN Bandung, mereka tidak banyak berkomentar karena dirasa masalah tersebut sudah selesai tanpa harus klarifikasi lebih jauh.
Lalu, Malik juga menceritakan bagaimana kronologi yang terjadi pada Kamis (7/1/2021). Ia mengaku setelah mendapat kabar kebocoran data mahasiswa UIN Bandung, pihaknya segera menghubungi PTIPD untuk melakukan konfirmasi.
Namun saat dihubungi, pihak PTIPD mengatakan jika mereka masih melakukan tahap investigasi, sehingga belum dapat memastikan ada atau tidaknya kebocoran data.
Meski saat itu belum ada pernyataan resmi dari pihak birokrasi untuk mengantisipasi kebocoran data pribadi, Dema-U berinisiatif memberikan langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan mahasiswa. Melalui instastory dan broadcast Whatsapp, setidaknya ada delapan poin upaya pencegahan yang disarankan.
Selanjutnya, Malik mengungkap bahwa langkah preventif yang diinstruksikan tidak semata-mata hanya berdasarkan unggahan @collegemenfess. Namun berdasarkan konfirmasi dari dua mahasiswa yang namanya tercantum dalam unggahan di Twitter tersebut.
Serta mendapati bahwa data yang ditampilkan unggahan, sesuai dengan data pribadi asli. Bahkan ia menyebut kedua mahasiswa terkait juga mendapat beberapa kejanggalan ihwal keamanan akun pribadinya.
“Dema-U berani bilang informasi itu valid, bukan kemudian karena (saat itu) sudah konfirmasi ke pihak kampus. (Melainkan) karena sudah menghubungi nama-nama yang ada dalam screenshoot (di Twitter) satu per satu,” ungkapnya.
Adapun kedua mahasiswa masing-masing berasal dari jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) serta Manajemen Keuangan Syariah (MKS).
Meski ia mengungkap belum dapat memastikan korelasi antara kendala yang dialami kedua mahasiswa dengan kasus yang terjadi. Namun pihaknya hanya mencoba untuk melakukan pencegahan.
“Pada dasarnya, sekali lagi Dema-U meyakini satu hal. Bahwa informasi pribadi itu sifatnya privat, gak boleh sampe ada yang menyebar tanpa persetujuan (pemilik),” tegasnya.
Meski begitu, ia mengaku kecewa karena kampus tidak fokus terhadap perbaikan dan pencegahan. Ia memandang kampus melalui surat edaran lebih menyoroti hal yang sifatnya subjektif.
Pertanggungjawaban Akun @collegemenfess Atas Unggahannya
Pada hari kejadian, Jurnalposmedia juga mencoba menghubungi @RektorColle sebagai menfess manager dari @collegemenfess.
Ia membeberkan jika akun menfess tersebut bekerja secara otomatis atau dengan sistem bot, “Itu (unggahan) dikirim pukul 08.12 WIB oleh salah seorang followers kami melalui DM dan langsung terposting karena sistem bot kami adalah realtime post,” ucapnya.
Lebih jauh, ia menyebut telah menghapus unggahan yang memuat kabar hoaks tersebut, dan juga memblokir pengirimnya.
“Karena saya liat di dalam menfess tersebut menyebut suatu instansi dan ada informasi tentang alamat e-mail, nama lengkap, dan yang lainnya. Akhirnya saya take down karena melanggar peraturan base kami. Dari situ, sender-nya langsung saya blokir,” ujarnya ketika dihubungi melalui direct message.
Namun, saat ditanya siapa akun di balik pengirim pesan tersebut, pihaknya menolak memberi tahu kecuali jika pihak UIN Bandung yang memintanya.
*Kru Liput: Retna Gemilang dan Haekal Tazzaka