Sun, 24 November 2024

Mengharumkan Kembali Aksara Sunda: Warisan yang Kian Terlupakan

Reporter: Sintamia | Redaktur: Ghina Tsuroya | Dibaca 1072 kali

Sun, 14 February 2021
aksara, sunda
Ilustrasi aksara Sunda. (Muhammad Faozan Nurrizqillaah/Jurnalposmedia)

JURNALPOSMEDIA.COM– Aksara Sunda merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang berasal dari suku Sunda. Kehadirannya ternyata tergerus oleh perkembangan zaman yang lebih banyak mengadopsi budaya luar. Kini, aksara Sunda hanya bergantung pada estafet generasi penerus untuk melestarikannya kembali.

Susilawati atau akrab dipanggil Usi-Mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad)-mengambil peluang tersebut. Ia bersama ketiga rekannya, Shandy Destiadi (ITB), Yana Triana (UT), dan Yusanuari Alaniri (ITB) mendirikan komunitas yang berfokus pada bidang budaya, terkhusus aksara Sunda bernama Jatinangor Aksara Sunda (JAS).

“Latar belakang didirikannya JAS itu sendiri adalah merasa khawatir akan keberadaan aksara Sunda yang tidak diperdulikan lagi oleh masyarakat Sunda sendiri. Tidak banyak yang suka akan aksara Sunda dan malah mempelajari aksara-aksara luar. Dengan adanya JAS ini (diharapkan) menjadi wadah untuk siapa saja yang ingin belajar aksara Sunda,” papar Usi, Selasa (9/2/2021).

JAS terbentuk pada 27 November 2017 dengan sekretariat berlokasi di basement masjid Al-Jabbar ITB Jatinangor. Saat awal berdiri, JAS menyasar mahasiswa yang berkuliah di Kawasan Jatinangor. Akan tetapi target tersebut tidak tercapai, sehingga perekrutan diperluas untuk semua kalangan.

Alhamdulillah, sampai saat ini di JAS sendiri anggotanya bermacam-macam, dan dari berbagai kalangan. Mahasiswa banyak, pelajar ada, penggiat budaya ada, masyarakat umum juga ada, dan dosen pun ada. Juga dari berbagai daerah di Jawa Barat, bukan hanya orang-orang Jatinangor saja,” lanjutnya.

Memudarnya Aksara Sunda dan Upaya JAS untuk Menjaganya

Pembelajaran aksara Sunda di sekolah, terkhusus di Jawa Barat sudah masuk dalam kurikulum, baik di tingkat SD, SMP atau SMA. Kendati begitu, Usi menyebut pelestarian aksara Sunda di sekolah jauh dari kata cukup. Penyebabnya, lanjutnya, dikarenakan para siswa atau kebanyakan masyarakat tidak tahu kemaslahatan apa yang akan didapat, hingga anggapan sulitnya belajar aksara Sunda.

“Nah ini yang harus kita luruskan, belajar aksara Sunda itu ‘asyik loh’, ‘mudah loh’. Belajar aksara Sunda itu (juga) menjanjikan. Menjajikan gimana? Buktinya, banyak kok yang menjual produk-produk dengan memakai aksara Sunda dan laku di pasaran. Misal (penjual) kaos, aksesoris, dan lainnya,” terangnya.

Kepada Jurnalposmedia ia menguraikan kegiatan JAS. Yakni Nganjang ka Sakola (mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengadakan pelatihan aksara Sunda), Rebo Nyunda atau Rebo aksara Sunda, “Jadi tiap hari Rabu kita mengumpulkan karya-karya anggota atau luar anggota. Entah itu gambar atau video yang berkaitan dengan aksara Sunda, kemudian diunggah di media sosial.” Hingga mengadakan workshop ke luar kota dan melalui Whatsapp group.

Guna memudahkan pembelajaran aksara Sunda, Usi menelurkan karya berupa alat peraga berbentuk kartu aksara Sunda. Didalam satu set-nya berisi kartu aksara vokal, konsonan/ngagalena, rarangkén (vokalisasi penanda bunyi), dan kartu angka. Kartu aksara Sunda tersebut sudah diperjualbelikan secara luas melalui ­e-commerce. Penjelasan aksara Sunda juga dituang dalam bentuk lagu agar lebih mudah untuk diingat.

Kartu aksara Sunda yang dikembangkan komunitas JAS. (Sumber: Dokumentasi JAS)

Upaya pelestarian aksara Sunda juga baru saja mendapat dukungan dari Pemprov Jabar. Pada Jumat (5/2/2021) Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mendukung digitalisasii aksara Sunda oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI).

Nantinya, aksara Sunda akan didaftarkan menjadi nama domain ke lembaga internet dunia (ICANN) beserta aksara dari daerah lain, seperti Jawa dan Bali.

“Saya dan teman-teman komunitas lain bersyukur bahwa pemprov mendukung digitalisasi aksara Sunda tersebut. Karena itu juga bisa jadi jalan saya dari komunitas dan lainnya juga untuk mem-booming-kan lagi aksara Sunda, karena selama ini, komunitas aksara Sunda masih dilirik sebelah mata,” tandasnya

*Kru liput: Maswanajih dan Kurniawan Siddiq

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments