JURNALPOSMEDIA.COM – Hari Kebangkitan Nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Organisasi ini didirikan Soetomo tepat pada 20 Mei 1908 di Jakarta. Berikut ulasan mengenai kisah hidup Soetomo yang telah Jurnalposmedia rangkum untuk Anda.
Terkenal dengan sikap gigih dan inspiratifnya, Soetomo yang memiliki nama asli Subroto ini lahir pada 30 Juli 1888 di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur. Pada 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding va, Inlandsche Artsen (STOVIA).
Di sekolah kedokterannya, Soetomo terkenal sebagai siswa paling nakal, berani, malas belajar, suka menyontek, dan terkenal sebagai orang yang suka mencari masalah. Namun, jelang tahun ketiga pendidikannya, Soetomo berubah drastis.
Perubahan yang dialami Soetomo meningkat setelah ayahnya wafat pada 28 Juli 1907. Soetomo menjadi serius dalam belajar dan bahkan dikenal sebagai siswa yang pandai dalam Aljabar.
Perubahan sikap Soetomo dirasakan juga oleh teman sebayanya. Ia menjadi sangat perhatian dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Pun, rasa nasionalismenya sudah mulai tumbuh.
Pada 1908, Soetomo dan rekan-rekannya mendirikan Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama di Indonesia yang juga menjadi pelopor kebangkitan nasional. Organisasi Budi Utomo adalah bentuk kesuksesan Soetomo dalam menyatukan priyayi profesional, birokratis, berpendidikan barat, dan tradisional dalam satu organisasi. Berdirinya Budi Utomo juga menjadi tonggak pergerakan politik Sutomo dalam melawan pemerintah Hindia-Belanda.
Setelah lulus dari STOVIA pada 1911, Soetomo bertugas sebagai dokter di Semarang. Tak lama dari itu, pindah ke Tuban, kemudian pindah lagi ke Lubuk Pakam dan akhirnya mengabdi di Malang. Saat bertugas di Malang, Soetomo membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan.
Sebagai dokter, Soetomo tidak menetapkan tarif, bahkan adakalanya Soetomo membebaskan pasien dari biaya pengobatan. Pada 1919, Soetomo memperoleh kesempatan belajar di Belanda.
Ketika kembali ke Indonesia, Soetomo mendirikan Indonesische Studi Club (ISC) pada 1924. Soetomo juga berupaya mengembangkan Budi Utomo agar menjadi organisasi yang maju dan dapat bergerak dalam bidang politik.
Selain terkenal sebagai seorang dokter yang hebat dan juga pandai berkecimpung di dunia politik. Soetomo juga sangat berperan aktif di dalam bidang jurnalistik atau kewartawanan. Bahkan, Soetomo sempat memimpin beberapa surat kabar.
Soetomo wafat pada 30 Mei 1938 di Surabaya. Sebagai penghormatan atas pengabdiannya untuk Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.657/1961, Soetomo diangkat menjadi pahlawan kemerdekaan nasional.