JURNALPOSMEDIA.COM–Biola, salah satu instrumen yang dipakai dalam pertunjukan orkestra, hingga kini masih menjadi primadona kalangan luas. Alat musik gesek mirip gitar ini mampu menghadirkan kesan anggun dan elegan bagi pemainnya. Tak heran, saat ini banyak bermunculan komunitas biola di berbagai penjuru kota.
Di UIN Bandung sendiri, terdapat sebuah komunitas biola bernama SGD Violin, yang dibentuk pada 2016. Komunitas yang didirikan Egi Nugraha beserta teman-temannya dari Alliance Violin Community (AVC) Bandung tersebut, sebelumnya bernama Biola Camp (Bicamp). Hampir dua tahun berdiri, kini SGD Violin diketuai mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Muhammad Tegar Pratama.
SGD Violin memiliki 36 anggota yang terdiri dari mahasiswa UIN Bandung, Universitas Islam Bandung (Unisba), dan Institut Teknologi Nasional (Itenas). Dengan tangan terbuka, SGD Violin memperbolehkan siapapun dari kalangan manapun untuk turut bergabung dalam komunitas yang bakal menyajikan lembutnya bisikan biola ini. Tak terkecuali bagi pemula atau mereka yang tidak memiliki biola sekalipun.
Salah satunya ialah dara manis asal Bekasi yang juga merangkap sebagai Sekretaris SGD Violin, Yaumil Fathiya. Ia memilih biola sebagai alat musik favoritnya, karena menurutnya biola jarang digunakan orang-orang dan tak se-mainstream gitar, terlihat elegan, dan suaranya menenangkan. Dirinya mengaku sudah belajar biola setengah tahun sebelum masuk SGD Violin. “Kalau main gitar kan bisa sendirian, sedangkan biola itu beriringan. Dan hal itu jadi ciri khas tersendiri untuk pemainnya. Juga, nuansa karismanya lebih keluar,” tuturnya.
Rutin berlatih tiap sabtu sore di depan Tugu Kujang UIN Bandung, membuktikan jika SGD Violin sungguh-sungguh membawa namanya menjadi komunitas besar. Bahkan, ketika menjelang acara tertentu, SGD Violin berlatih sebanyak tiga kali dalam sepekan selama satu bulan sebelum pelaksanaan. Lagu-lagu yang pernah dimainkan diantaranya, Indonesia Raya, Twinkle-Twinkle, lagu bernuansa Islami, Muhasabah, lagu Sunda, dan lagu kolaborasi etnik dengan alat musik tradisional. Namun, sejauh ini lagu yang dimainkan tergantung permintaan event yang dihadiri. Meski demikian, SGD Violin tetap membawakannya dengan apik.
Sejauh ini, SGD Violin sudah menyuguhkan penampilan terbaiknya di gelaran Fidkom Fest 2018, Resital Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UIN Bandung, Earth Hour, Resital AVC Bandung, serta Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2018. Dari beberapa acara tersebut, SGD Violin tampil bersama PSM UIN Bandung. Meski telah tampil di banyak kesempatan, nyatanya hanya sekelumit mahasiswa UIN Bandung yang mengetahui adanya komunitas biola tersebut.
Cara SGD Violin memperkenalkan komunitasnya yakni ketika menggelar latihan rutinnya. Biasanya, banyak mahasiswa yang tertarik dan datang secara langsung untuk ikut bergabung. Selain itu, dengan bergabung bersama PSM sebagai pengiring musik. Sayangnya, SGD Violin belum aktif mengikuti lomba karena kurangnya modal dan sulitnya menyesuaikan waktu untuk latihan lebih rutin lagi.
“Ini dikarenakan banyak anggota yang masih semester awal dan baru-baru ini menjalankan perkuliahan. Kendala tempat latihan juga jadi salah satu penghambat. Karena SGD Violin adalah komunitas mandiri, maka kami belum memiliki tempat sendiri di Student Center. Tapi, kami sering meminjam ruangan PSM untuk latihan,” tutur Fathiya.
Kedepannya, Yaumil Fathiya berharap agar SGD Violin diakui kampus dan bisa memiliki sekretariat sendiri. Bagaimanapun, komunitas ini sudah cukup lama berdiri. Selain itu, ia menginginkan adanya regenerasi baru dalam keanggotaan SGD Violin. Tidak menutup kemungkinan, komunitas ini akan menghilang jika tanpa penerus yang mau bertanggung jawab dan selalu mengedepankan latihan guna membangun citra SGD Violin. Terkait susunan pengurus yang sudah perlu diganti, Yaumil Fathiya mengatakan dirinya menargetkan mahasiswa semester tujuh untuk meneruskan kepengurusan.