Fri, 5 July 2024

Mengenal A.H. Nasution, Pahlawan yang Selamat dari G30S PKI

Reporter: Sopiyani Solihah | Redaktur: Annisa Azahra N | Dibaca 3441 kali

Sat, 30 September 2023
Sumber Foto: Pinterest

JURNALPOSMEDIA.COM – Ahmad Haris Nasution atau A.H. Nasution merupakan tokoh pahlawan yang selalu ramai dibicarakan. Hal tersebut karena A.H. Nasution menjadi satu-satunya pahlawan revolusi yang selamat pada peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965 atau yang dikenal dengan G30S PKI.

A.H. Nasution adalah petinggi Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI AD) yang pada saat peristiwa tersebut masuk daftar penculikan. Beruntung A.H. Nasution dapat lolos dan menyelamatkan diri, namun anaknya, Ade Irma Nasution tewas tertembak bersama ajudannya, Lettu Pierre Tendean.

Lalu, seperti apa sosok Jenderal A.H. Nasution? Bagaimana perjalanannya?

Dikutip dari Biografiku.com, A.H. Nasution lahir di Kota Nopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918. Ayahnya, H. Abdul Halim Nasution dan Ibunya, Zahara Lubis bekerja sebagai petani. Sejak kecil A.H. Nasution dibesarkan dengan bimbingan agama yang kental, bahkan ayahnya merupakan anggota pergerakan Sarekat Islam di Kota Nopan, Tapanuli Selatan.

Dalam perjalanan akademiknya, Jenderal A.H. Nasution memulai pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan tamat pada tahun 1932. Selesai dari HIS, dia melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah dan tamat pada 1935. Pada jenjang menengah atas, Nasution berangkat ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan di sekolah guru. Kemudian, pada 1938 ia meneruskan pendidikan di Algemeene Middelbare School (AMS) di Jakarta.

Setelah menempuh pendidikan di Pulau Jawa, A.H. Nasution kembali ke daerah asalnya dan menjadi guru di Bengkulu selama dua tahun. Tak berhenti di sana, setelah dua tahun berprofesi menjadi guru, akhirnya Nasution kembali menempuh pendidikan pada 1940 dengan mendaftarkan diri di sekolah perwira cadangan yang didirikan Belanda. Dari pendidikannya itu, akhirnya ia berhasil ditempatkan sebagai pembantu letnan di Surabaya.

Pada tahun 1942, Nasution terjun lebih jauh ke dunia militer. Pada saat itu, ia diikutsertakan dalam pertempuran melawan Jepang. Singkatnya, pada 1945, setelah kekalahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia, dia mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BPR) bersama bekas tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian menjadi TNI.

Semakin tahun, karier A.H. Nasution semakin berkembang. Setahun setelah kemerdekaan RI, pada Maret 1946, A.H Nasution ditunjuk menjadi Panglima Divisi III/Priangan dan dua bulan kemudian, tepatnya pada Mei 1946, Presiden RI saat itu, Soekarno melantiknya sebagai Panglima Divisi Siliwangi.

Saat terjadi pemberontakan PKI di bawah pimpinan Muso di Madiun, saat itu Nasution menjadi pemimpin dalam perlawanan dan menumpas pemberontakan. Pada puncak pemberontakan di 30 September 1948, Nasution yang menjadi target utama bersama Ahmad Yani berhasil selamat seorang diri.

Akhirnya, setelah kejadian tersebut Soekarno mengangkat A.H. Nasution sebagai Wakil Panglima Besar TNI di bawah Jenderal Besar Soedirman. Di akhir tahun 1949, A.H Nasution menjabat sebagai kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

 

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments