Sun, 24 November 2024

Mengapa Generasi Baru Begitu Menyebalkan?

Reporter: Sylva Anggraeni | Redaktur: | Dibaca 963 kali

Fri, 22 December 2023
(Photo by Artur/iStock/Getty Images Plus/Getty Images)

JURNALPOSMEDIA- Ada yang bisa menjelaskan kenapa Gen-Z terkesan begitu menyebalkan? Jawabannya hanya satu yaitu karena mereka yang menilai Gen-Z menyebalkan sudah tidak lagi muda seperti dahulu dan jengah dengan isu baru yang selalu digaungkan oleh Gen-Z yaitu isu mental health. Lalu apa hubungannya dengan itu? Bukan hanya sekedar gurauan belaka tapi faktanya setiap generasi pasti kurang senang  dengan generasi dibawahnya.  Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kita mulai dari generasi Baby Boomers.

Generasi Baby Boomers adalah generasi yang lahir di tahun 1946-1964. Sekarang umur mereka sekitar 59-77 tahun. Ada yang sudah paham? Clue-nya ada pada tahun dimana generasi ini lahir. Ya, mereka lahir dan hidup di zaman sesudah perang dan setelah kemerdekaan. Di zaman ini masih sering terjadi agresi militer, pemberontakan di daerah, dan lain sebagainya. Situasi negara masih kacau dan porak-poranda.

Dipikiran mereka tertanam “masih hidup saja sudah syukur.” Mau memikirkan tentang mental health? Tidak dikejar oleh penjajah dan pemberontak saja sudah bahagia sekali. Lalu sekolah? Apa itu sekolah? Sekolah memang sudah ada tetapi hanya untuk kaum tertentu. Kebanyakan orang di zaman ini menganggap sekolah hanya mimpi semu belaka karena fokus mereka hanya untuk bertahan hidup. Sekarang kita sangat paham mengapa generasi Baby Boomers memiliki watak yang keras dan bermental baja.

Kemudian, lahirlah generasi X di tahun 1965-1980 (43-58 tahun). Generasi ini sudah hidup lebih tenang karena lahir berpuluh-puluh tahun sesudah kemerdekaan. Hidupnya memang masih susah, tapi bukan lagi susah untuk bertahan hidup karena dikejar penjajah melainkan susah karena hambatan finansial. Lapangan pekerjaan sangat terbatas padahal di zaman ini setiap keluarga bisa memiliki lebih dari 5-8 orang anak yang artinya persaingan dalam dunia kerja sangat ketat.

Alhasil, generasi ini sangat terfokus pada hasil bukan pada prosesnya. Apa itu work-life balance? Bisa kerja saja sudah bersyukur. Mau idealis dengan memikirkan mental health? Bisa-bisa tinggal di kolong jembatan. Mau minta bantuan orang tua? Tapi orang tua lebih sulit lagi ekonominya. Jangan lupakan bahwa Gen-X mempunyai orang tua yang berada dalam Silent Generation yaitu generasi yang hidup di zaman Perang Dunia II dimana didikan yang diterima amat sangat keras. Oleh karena itu Gen-X  mempunyai sikap kurang berani berpendapat. Namun memiliki sifat yang sangat kompetitif sampai nyaris menghalalkan segala cara.

Setelah itu, lahir generasi baru yaitu generasi Milenial (Gen-Y) di tahun 1981-1996 kisaran umur 27-42 tahun. Mereka lahir pada masa peralihan analog ke digital. Di zaman ini, kehidupan mulai stabil dan sekolah yang tadinya hanya mimpi bagi generasi Baby Boomers berubah menjadi privilege untuk generasi Milenial sekaligus menjadikan Milenial sebagai kaum terdidik.

Bagaimana kondisi mental kaum Milenial? Ya begitulah,  mereka dididik dengan keras oleh siapa lagi kalau bukan Baby Boomers. Tapi bedanya, berkat akses informasi dan internet mereka mulai sadar akan adanya “trauma” dalam diri dan berusaha untuk memutus rantai itu. Kaum Milenial memiliki pergaulan yang lebih global tanpa batas jarak dengan media sosial.

Tebak apa efeknya? Pemikiran mereka yang terbuka membuatnya lebih berani untuk berekspresi dan menyuarakan pendapat salah satunya kepada atasan. Lalu siapa atasannya? Ya, Gen-X dan ini merupakan hal baru yang dianggap menyebalkan oleh Gen-X. Wajar saja kalau Gen-X merasa hal tersebut menyebalkan. Coba bayangkan bagaimana Gen-X berjuang sebelum mereka. Mau menyuarakan pendapat? Siap diberhentikan adalah jawabannya.

Tapi apakah itu sudah selesai? Tentu saja ini belum apa-apa. Karena hidup yang sudah lebih stabil, Milenial bukan sekedar kerja untuk menghasilkan uang tetapi juga untuk mencari arti dalam hidup. Menurut mereka work-life balance adalah hal yang paling penting. Dengan pergaulan yang sangat terbuka, Milenial berhasil “menggebrak” dunia kerja. Jika Gen-X berjiwa kompetitif tinggi, Milenial percaya akan adanya kekuatan kolaborasi. Ciri khas dari Milenial yaitu kreatif, optimis, senang berkolaborasi, berpikiran terbuka, tetapi haus akan pengakuan.

Sayangnya, hal tersebut membuat Milenial semakin menyebalkan dimata generasi sebelumnya, terutama Gen-X. Bagaimana tidak? Ya, karena generasi sebelumnya sekedar “bisa hidup, bisa makan, dan bisa kerja” saja sudah sangat bersyukur. “Kaum Milenial kok ribut sekali dengan banyak permintaan seperti work-life balance, open minded, dan sebagainya,” kata Gen-X. Tapi hal penting yang perlu kita sadari ini adalah proses yang sangat natural. Justru Milenial adalah bukti nyata bahwa kualitas hidup semakin meningkat. Hidup bukan hanya sekedar untuk bertahan tetapi juga untuk mencari arti.

Namun, kebiasaan tidak menyukai generasi dibawahnya berlanjut hingga Gen-Z muncul. Generasi yang lahir pada tahun 1997-2012 (11-26 tahun). Akhir-akhir ini Gen-Z sedang menjadi bulan-bulanan Gen-X dan Milenial. Kenapa? Ya, karena Gen-Z tumbuh dewasa saat dunia sudah begitu instan. Jangankan memikirkan perang, mereka mau makan enak saja sudah bisa pesan dari dalam kamar tidak perlu mengeluarkan usaha yang besar. Tidak perlu memikirkan perang, tidak perlu memikirkan perut kosong, tidak perlu memikirkan proses karena semua bisa didapatkan dengan mudah.

Lalu, apa yang dipikirkan? Ya, itu dia isu mental health. Lagi-lagi sebenarnya ini adalah bukti nyata perkembangan kualitas hidup manusia. Banyak Gen-Z menggaungkan pentingnya menjaga mental health entah itu dalam dunia kerja ataupun kehidupan sehari-hari bersama keluarga. Generasi sebelumnya merasa “gerah” karena isu ini baru saja muncul beberapa waktu yang lalu. Terakhir, jangan sampai lupa kalau generasi sekarang merupakan hasil didikan generasi sebelumnya, contohnya Gen-Z. Apakaha Gen-X mau memprotes keras soal Gen-Z? Faktanya, Gen-X sendiri adalah orang tua dari Gen-Z.

 

 

 

Bagikan :
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments