JURNALPOSMEDIA.COM–Banyak harapan yang ditaruh dalam tubuh tiga singa, setelah terakhir dan satu-satunya menjuarai gelaran akbar Piala Dunia pada 1966, itu pun sebagai tuan rumah. Inggris seolah tak lagi menemukan tajinya, baik di Piala Eropa atau dunia. Kini, jauh setelah romantisme tersebut, Inggris menuai pujian di bawah panji Gareth Southgate.
Meski awalnya diragukan sebagai caretaker, namun para pemain Inggris sebenarnya banyak belajar darinya. Sebab ia pernah menunggangi tim junior U-21. Di Rusia pun sama, karena Inggris selalu tampil bagus di kualifikasi, namun selalu gagal pula di ajang yang sebenarnya.
Tapi, lupakanlah sejenak soal internal tim nasional Inggris dengan segala cerita dan romantismenya. Di Piala Dunia 2018 Rusia, publik Ratu Elisabeth punya harapan baru dengan Southgate dan isi pemain-pemain mudanya ditemani beberapa para pemain senior. Sebut saja Harry Maguire, Stones sampai penjaga gawang Pickford dibarengi Jordan Henderson dan Kyle Walker.
Itu ditegaskan oleh Southgate sendiri, seperti dikutip dari Evening Standard, “Aku pikir skuat (Inggris) dalam dua tahun terakhir adalah skuat yang muda, muda, muda, dan aku tidak yakin apakah aku tetap bisa menjaganya (untuk terus memilih skuat yang muda),” katanya pada Senin (03/10/2016).
Pada match day pertama tiga singa susah payah mengalahkan Tunisia, dengan menolak lupa ingatan memori perempat final di Piala Dunia 1986 atas gol tangan tuhan ala Maradona. Persis dilansir sport.detik.com, “Publik sepakbola Inggris pastinya tidak akan pernah melupakan pertandingan perempat final Piala Dunia 1986 di Meksiko pada 22 Juni 1986. Bagaimana tidak, tim kesayangan mereka harus mengubur ambisi juara setelah remuk redam oleh aksi seorang pemain Argentina bernomor punggung 10, bernama Diego Armando Maradona. Dalam pertendingan tersebut Inggris takluk 1-2, dua gol kemenangan La Abiceleste diborong Maradona dengan proses yang memukau,”
Pasalnya, pertandingan tersebut dipimpin oleh wasit asal Tunisia. Di balik gejolak konflik kala itu antara Argentina dan Inggris. “Ali Bin Naser, wasit asal Tunisia yang kala itu memimpin pertandingan, kemudian mengesahkan gol tersebut. Sebuah hal yang wajar karena jarak wasit dengan proses duel antara Shelton dan Maradona cukup jauh. Selain itu, Maradona juga menyamarkan gerakan tangannya seirama dengan ayunan kepala,”
Pertandingan usai dengan skor 2-1 berkat dwi gol Harry Kane. Jelang match day kedua, kontra Panama di Stadion Nizhny Novgorod pada Minggu (24/6), Southgate merombak line up pemain, menggantikan Dele Alli yang cedera saat pertandingan pertama dengan Ruben Loftus-Cheek. Sedang lini depan tetap ia percayakan pada Kane, dibantu second line oleh Sterling dan Jessie Lingard.
Hasilnya memuaskan, Inggris tampil lebih atraktif dan rapi hingga menuai banyak pujian. Lagi-lagi, Kane menularkan performa apiknya di Spurs ke tim nasional, degan hattrick-nya, dua diantaranya melalui titik duabelas pas. Serta sisanya dicetak oleh Lingard dan dwi gol Stones. Hingga hasil berakhir dengan skor 6-1. Ini melampaui kemenangan terbesar Inggris sebelumnya, yakni dengan skor 3-0 atas Polandia dan Paraguay pada Piala Dunia 1986 dan melawan Denmark pada 2002.
Kemenangan ini seakan menjawab semua pertanyaan mengapa tiga singa selalu apes di gelaran akbar, padahal berisikan pemain-pemain kelas wahid di tiap klubnya masing-masing. Sebut saja, David Beckham, Duo Neville atau Wayne Rooney. Tidakkah kalian tahu bahwa merekalah yang membawa klubnya bisa berjaya di kancah domestik, Eropa bahkan dunia.
Namun, Inggris tak usah berlama-lama jumawa, pertandingan sesungguhnya adalah saat jumpa Belgia pada match day ketiga. Mampukah Kane dan kawan-kawan menjawab pertanyaan untuk ketiga kalinya?
Panama di Piala Dunia 2018
Kemenangan tak hanya milik Inggris, meski dalam arti sebenarnya Panama kalah. Pasalnya tim nasional Panama untuk pertama kalinya menginjakkan diri di Piala Dunia. Dalam artikel Pemain Panama Tertua Cetak Gol Pertama Negerinya di Piala Dunia seorang jurnalis sepakbola, An Ismanto mengatakan, ikut serta untuk pertama kalinya di Piala Dunia, Panama memang tidak diunggulkan kendati mereka merupakan 3 negara terbaik wakil zona Concacaf.
Dua pertandingan pertama memperlihatkan minimnya pengalaman Panama di kelas dunia. Di laga pertama, mereka dibantai Belgia 3-0, lalu di laga kedua melawan Inggris, mereka digilas 6-1. Menariknya, penonton Panama di Stadion Nizhny Novgorod bersorak girang saat akhirnya Felipe Baloy mencetak gol pertama Panama di Piala Dunia walaupun mereka tetap saja kalah.
Felipe Baloy tercatat sebagai pemain Panama pertama yang mencetak gol di Piala Dunia untuk negerinya. Dengan catatan itu, ia menjadi pemain tertua ketiga sepanjang sejarah yang pernah mencetak gol di ajang Piala Dunia. Panama mungkin saja hanya jadi pelengkap. Namun, semangat tetap harus dijaga. Mampukah mereka melanjutkan kegirangannya?